Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hernia
Askep ini kami susun berdasarkan pedoman referensi yang berhubungan erat dengan judul yang kami sajikan. Selain itu, dalam penyajian Askep ini kami menambahkan hal-hal yang dapat mendukung penjelasan dari judul tersebut sehingga makalah ini lebih mudah dipahami.
Kami menyadari betapa sulitnya menghasilkan Askep yang sempurna tanpa dukungan pihak lain. Untuk itu,kamai tetap mengharapkan sumbang saran dan kritik dari para pemikir serta pembaca sekalian,sehingga dapat membangun motivasi kami untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkecimpung dalam pembuatan Askep ini. Semoga Askep ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin…..
Kendari, November 2008
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman | |
HALAMAN SAMPUL.......................................................................................... KATA PENGANTAR........................................................................................... DAFTAR ISI......................................................................................................... PENDAHULUAN Konsep Dasar Keperawatan………………………………………….... 1. Pengertian................................................................................... 2. Etiologi....................................................................................... 3. Patofisiologi............................................................................... 4. Manifestasi Klinik………………………………………………. 5. Pengobatan................................................................................. TEORI KEPERAWATAN - Pengkajian………………………………………………………. - Diagnosa Keperawatan…………………………………………... - Intervensi…………………………………………………………. - Implementasi……………………………………………………... - Evaluasi………………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... |
PENDAHULUAN
1. Pengertian
Hernia merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia atau turun perut atau turun berok selama ini kebanyakan terjadi pada pria.
Hernia dari bahasa latin, “Herniae”, yaitu menonjolnya suatu rongga melului jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Umumnya hernia kebanyakan terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Pada anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya processus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Biasanya yang sering terkena hernia adalah bayi atau anak laki-laki. Pada orang dewasa, hernia terjadi karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena faktor usia.
Berdasarkan terjadinya, hernia di bagi atas :
(1) Hernia bawaan (Kongenital)
(2) Hernia yang di dapat (Aquisital)
Berdasrkan letaknya, hernia di bagi menjadi :
(1) Hernia diafragma ; yaitu menonjolnya organ perut ke dalam rongga dada melalui lubang pada diafragma (sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut)
(2) Hernia inguinal ; benjolan yang terjadi karena anomaly congenital / sebab yang didapat.
(3) Hernia umbilical ; yaitu benjolan yang masuk melalui cincin umbilicus (pusar)
(4) Hernia femoral ; yaitu benjolan di lipat paha melalui annulus femoralis.
Sedangkan menurut sifatnya, ada hernia :
(1) Hernia Reponibel ; bila isi hernia dapat keluar masuk
(2) Hernia Irreponibel ; bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga
(3) Hernia Akreta ; bila tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus akibat perlekatan tersebut
(4) Hernia Inkarserata atau Strangulata ; bila isi kantung terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.
2. Etiologi
- Kongenital.
- Hernia kongenital sempurna : Bayi sudah menderita hernia sejak lahir karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
- Hernia kongenital tidak sempurna : Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).
- Aquisital (didapat) : Adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :
- Tekanan intraabdominal yang tinggi : Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan baik saat BAB maupun BAK. Misalnya pada pasien BPH, batu uretra, konstipasi, penderita batuk kronis, partus, asites, dll.
- Konstitusi tubuh : Orang kurus cenderung terkena hernia karena jaringan ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
- Banyaknya preperitoneal fat (lemak pada peritoneal) : Banyak terjadi pada orang gemuk.
3. Patofisiologi
1. Peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak perperitoneal ke dalam kanalis femoralis.
Pada umumnya penderita hernia mengeluh adanya benjolan di lipat paha yang dapat sampai ke skrotum pada pria atau ke labia pada wanita. Diagnosis hernia inguinalis dapat ditegakkan berdasarkan atas besar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.
Keadaan umum penderita biasanya baik. Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Bila benjolan tidak tampak, pasien disuruh mengedan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri, atau batuk. Bila hernia akan tampak benjolan.
Palpasi kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funiculus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi, maka tergantung isinya. Mungkin teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
- Terapi konservatif : sambil menunggu untuk dilakukan terapi operatif. Terapi konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan karena selain tidak dapat menyembuhkan alat ini dapat melemahkan otot dinding perut.
TEORI KEPERAWATAN
1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan utama dapat berupa : -Nyeri abdomen
-Detak jantung yang cepat
-Mudah lelah
- Riwayat Keluhan utama dapat berupa :
-Saat mulai timbulnya keluhan
-Sifat keluhan
-Lokasi keluhan
-Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu dapat berupa :
- Sakit jantung - Penyakit abdomen
- Batuk lama - Lelah
- Tekanan darah tinggi - Reaksi alergi
2) Riwayat Keluarga
a. Adanya anggota keluarga yang menderita hernia ;
b. Meninggal tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya ;
c. Tekanan darah tinggi ;
d. Tinggi kolesterol;
3) Pemeriksaan Fisik
a. TTV
- Adanya kenaikan tekanan darah - Penurunan denyut nadi
- Pola respirasi menjadi lebih cepat atau lambat - Keadaan suhu badan
b. Kepala dan leher
- Kesimetrisan kepala kiri dan kanan
- Warna Konjungtiva - Adanya nyeri tekan
c. Pernapasan
Inspeksi
- Bentuk dada
- Frekwensi dan irama pernapasan
- Kesimetrisan dada
- Pergerakan dan pengembangan saat bernapas
Palpasi
- Nyeri tekan dada
- Kesimetrisan ekspansi dada
- Vokal fremitus
Perkusi
- Identifikasi bunyi perkusi paru
- Lokasi paru-paru
Auskultasi
- Suara / bunyi nafas
- Suara tambahan
d. Pencernaan
Inspeksi
- Kesimetrisan dan warna kulit sekitar
- Auskultasi
- Suara peristaltik
- Gerakan vaskuler
Perkusi
- Identifikasi suara perkusi hepar dan batas organ
Palpasi
- Identifikasi adanya nyeri
e. Kardiovaskuler
Inspeksi
- Bentuk dada
- Denyut jantung apeks
Palpasi
- Denyut apeks
- Vena jugularis
- Pembesaran tyroid
- Pembesaran limfe
Perkusi
- Identifikasi bunyi perkusi jantung
- Lokasi jantung
Auskultasi
- Dengarkan BJ 1 pada Mitral dan Trikuspidalis, BJ 2 pada Aorta dan Pulmonalis.
f. Persyarafan
- Fungsional ekstermitas
g. Muskuloskletal
- Fungsional otot
- Nyeri otot
h. Kulit
- Warna kulit
- Turgor kulit
- Lesi pada kulit
- Kelembaban kulit
4) Pola Kegiatan Sehari-hari
a. Nutrisi
DS :
Sebelum sakit : - pola makan teratur pagi siang dan malam
- frekwensi makan 3 x / hari
- ada nafsu makan
Selama sakit : - pola makan tidak teratur
- tidak ada nafsu makan
DO :
- porsi makan tidak dihabiskan
- asupan nutrisi kurang
- konjungtiva pucat
b. Olah raga dan aktivitas
DS :
- aktifitas terganggu
DO :
- intoleran aktivitas
c. Istirahat dan tidur
DS :
- mudah terbangun
- sesak bila berbaring
DO :
- posisi baring semi fowler atau fowler
- dispnea
5) Pola Interaksi Sosial dan Ekonomi
- interaksi dengan keluarga dan lingkungan
- riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
6) Keadaan Psikologis Selama Sakit
- merasa dikucilkan
- tidak dapat berkomunikasi dengan baik
- masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi
- masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien
- tidak bersemangat dan putus harapan
7) Faktor Pendukung
- Riwayat keluarga dan lingkungan
- Pola hidup, nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, personal hygiene.
- Tingkat pengetahuan / pendidikan klien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan dapat berupa :
1) Nyeri berhubungan dengan kondisi hernia.
2) Retensi perkemihan berhubungan dengan nyeri, trauma dan pengguna anestetik selama pemeriksaan abdomen bawah.
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan jumlah intake nutisi kurang.
4) Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus.
5) Ansietas berhubungan dengan tidak efektifnya koping individual.
6) Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.
(1) Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, spasme otot
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 – 10
b. Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang
c. Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi
d. Bantu pemasangan brace / korset
e. Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan
f. Ajarkan teknik relaksasi
g. Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi
(2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus
Intervensi :
a. Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
c. Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
d. Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi
e. Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat.
f. Kolaborasi : analgetik
(3) Ansietas berhubungan dengan tidak efektifnya koping individual
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas pasien
b. Berikan informasi yang akurat
c. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab.
d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.
e. Libatkan keluarga
(4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis.
Intervensi :
a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan
b. Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong
c. Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya.
d. Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.
e. Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
f. Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.
D. Implementasi
(1) Mengkaji tingkat nyeri dengan hasil skala : S
(2) Memberikan klien posisi semi fowler
(3) Mengkaji kemampuan aktivitas klien
(4) Memberikan klien pergerakan-pergerakan ringan sesuai toleransi
(5) Melakukan mesase ringan pada ekstermitas dengan hasil klien merasa nyaman
(6) Memberikan HE pada klien dan keluarganya tentang pentingnya pergerakan anggota badan dengan hasil klien dan keluarganya mengerti
E. Evaluasi
(1) Masih ada nyeri pada lokasi hernia
(2) Masih ada nyeri saat bergerak
(3) Klien merasa nyaman dengan posisi yang diberikan
(4) Klien mulai mengerti dengan penyakitnya
http://darryltanod.blogspot.com/2008/09/hernia-inguinalis-dekstra-reponibilis,htmt
http://www.acehforum.or.id/member.
http://www.blogger.com/comment.g
http://www.blogger.com/blog-this.g
http://ns-nining.blogspot.com/
Posting Komentar untuk "Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hernia"