Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

                                                                         KASUS


Tuan B 53 tahun masuk rumah sakit, dengan keluhan utama mual,muntah,seluruh badan lemah,sering minum,sering makan,dan sering kencing. Terdapat luka pada telapak kaki ukuran 10x7 cm, keadaan luka tampak adanya push dan jaringan nefrotik. Pada saat masuk di lakukan pemeriksaan GDS  = 235 gr/dl. Pasien tidak merasakan lagi sensasi pada area luka tersebut, penglihatan tampak kabur.

Ø  KONSEP DASAR MEDIS


a.      Definsi Diabetes Melitus Type 2

Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau heperglikemia.Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.Glukosa di bentuk di hati dari makanan yang di konsumsi. Insulin yaitu suatu hormon yang diproduksi pankreas,mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpannya.

Diabetes melitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh karena terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Keadaan ini akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali. Kegemukan dan riwayat keluarga menderita kencing manis diduga merupakan faktor resiko terjadinya penyakit ini.

Pada diabetes tipe ini, faktor genetik memegang peran lebih penitng dibandingkan dengan pada diabetes tipe 1A. Di antara kembar identik, angka concordance (munculnya sifat bawaan pada kedua pasangan anak kembar) adalah 60% sampai 80%. Pada aggota keluarga dekat dari pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non identik) risiko menderita penyakit ini lima hingga sepuluh kali lebih besar daripada subjek (dengan usia dan berat yang sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya.

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada pembuluh basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.(Arif Mansyoer, 1997 : 580)

     Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. Diabetes Mellitus digolongkan sebagai penyakit endokrin atau hormonal karena gambaran produksi atau penggunaan insulin (Barbara C. Long, 1996:4)

 Diabetes Mellitus adalah sindrom yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara tuntutan dan suplai insulin. Sindrom ini ditandai oleh hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas, metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Abmormalitas metabolik ini mengarah pada perkembangan bentuk spesifik komplikasi ginjal, okular, neurogenik dan kardiovaskuler (Hotma Rumoharba, Skp, 1997).

 Diabetes Mellitus adalah penyakit herediter (diturunkan) secara genetis resesi berupa gangguan metabolisme KH yang disebabkan kekurangan insulin relatif atau absolut yang dapat timbul pada berbagai usia dengan gejala hiperglikemia, glikosuria, poliuria, polidipsi, kelemahan umum dan penurunan berat badan

1.      Diabetes Melitus Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM)
Defisiensi insulin karena tidak terdapatnya sel-sel langerhans, biasanya berhubungan dengan tipe HLA spesifik, keadaan defisiensi insulin ini biasanya dikatakan absolut karena ketergantungan yang sepenuhnya pada insulin-eksogen. Penderita IDDM cenderung memiliki keadaan intoleransi glukosa yang lebih berat dan tidak stabil. IDDM lebih kas/cenderung terjadi pada semua usia, umumnya usia muda.

2. Diabetes Melitus Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus, NIDDM)
Karena suplai insulin berkurang atau tidak cukup efektif sebagaimana mestinya tingkat gula darah naik lebih lamban. Tidak banyak protein dan lemak yang dihancurkan, hingga produksi keton pun tidak banyak, dan rendahnya resiko terkena ketoasidosis koma. Kebanyakan yang menderita diabetes tipe 2 adalah wanita dari pada pria, mungkin karena diabetes munculnya di usia yang lebih lanjut dan wanita umumnya hidup lebih lama (Bilous, R.W., 1999, hal: 12)

Justifikasi :

Pada kasus tersebut pasien Tn.B mengalami DM type 2 karena pasien dengan keluhan mual muntah,badan lemah,terjadi polidipsi,poliuria,dan polifagi dimana Tn.B berusia 53 tahun merupakan faktor pencetus terjadinya DM 2 ,serta terjadi penurunan berat badan. Dan juga diperoleh hasil GDS 235 gr/dl dimana nilai normal GDS pasien DM ≥200gr/dl, serta plasma vena <110 dan darah kapiler <90. Atau karena DM type 2 banyak di alami oleh klien dengan usia di atas 35 tahun juga di dapatkan klien dengan gangguan penglihatan yang kabur yang di sebut Renopati Diabetik.DM adalah penyakit menahun (kronis), yang ditandai oleh kadar glukosa (gula) di dalam darah tinggi. Kadar glkosa darah yang normal pada waktu puasa tidak melebihi 100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan kurang dari 140 mg/dl. Kadar glukosa darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan timbulya gejala-gejala seperti : sering kencing, rasa haus dan rasa lapar yang berlebihan, sering mengalami infeksi, letih lesu, berat badan menurun, dll. Apabila pada seseorang penderita kencing manis kadar glukosa darahnya tinggi dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul komplikasi menahun (kronis yang mengenai mata menyebabkan gangguan penglihatan bila mengenai sistem syaraf akan menyebabkan gangguan rasa dan gangguan bila mengenai ginjal menyebabkan gangguan fungsi ginjal).

b.      Etiologi

Corwin (2000, hal: 543) menyatakan etiologi/penyebab Diabetes Melitus tergantung dari tiap-tiap tipenya.

a.       Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus, IDDM
IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan insulin, pengidap penyakit itu harus mendapat insulin pengganti. IDDM disebabkan oleh destruksi auto imun, sel-sel beta pulau langherhans dan terdapat kecenderungan pengaruh genetik. Diabetes tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun.
b.      Tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya. Kefosis resisten lebih sering pada orang dewasa, tapi dapat juga terjadi pada semua umur, kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familial, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stress (Long, BC, hal: 6). Tidak seperti pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki hubungan dengan aktivitas HLA, virus atau autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai sel beta yang masih berfungsi (walau terkadang memerlukan insulin eksogen tetapi tidak bergantung seumur hidup). DM tipe 2  ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan peningkatan lipolisis.

Efek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup  yang diabetogenik (asupan kalori  yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara genetik.  Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 adalah berbeda-beda untuk setiap ras.

Justifikasi :

Pada kasus tersebut tampak pasien Tn B mengalami DM type 2 karena usia klien 53 tahun, klien dengan obesitas(asupan kalori yang berlebihan),merasa lemah,polifagi,polidipsi,dan poliuria. Sehingga kemungkinan etiologinya adalah faktor obesitas,aktifitas fisik yang rendah(usia memasuki lansia). Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan berbagai komplikasi. Bagi penderita Diabetes Melitus yang sudah bertahun-tahun minum obat modern seringkali mengalami efek yang negatif untuk organ  tubuh lain.
c.       Patofisiologi

Karena proses penuaan, gaya hidup, infeksi, keturunan, obesitas dan kehamilan akan menyebabkan kekurangan insulin atau tidak efektifnya insulin sehingga sehinga terjadi gangguan permeabilitas glukosa di dalam sel. Di samping itu juga dapat di sebabkan oleh karena keadaan akut kelebihan hormon tiroid, prolaktin dan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah.peningkatan kadar hormon – hoormon tersebut dalam jangka panjang terutama hormon pertumbuhan di anggap diabetogenik ( menimbulkan diabet ). Hormon – hormon tersebut merangsang pengeluaran insulin secara berlebihan oleh sel-sel beta pulau lengerhans paankreas, sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel terhadap innsulin dan apabila hati mengalami gangguan dalam mengolah glukoosa menjadi glikogen atau proses glikogenesis maka kadar gula dalam darah akan meningkat.

 Dan apabila ambang ginjal dilalui timbullah glukosuria yang menybebkan peningkatan volume urine, rasa haus tersimulasi dan pasien akan minum air dalam jumlah yang banyak ( polidipsi )karena glukosa hilang bersama urine, maka terjadi ekhilangan kalori dan starvasi seeluler, slera makan dan orang menjadi sering makan ( polifagi ).

 Hiperglikemia menyebabkan kadar gula dalam keringat meningkat, keringat menguap, gula tertimbun di dalam kulit dan menyebabkan iritasi dan gatal – gatal. Akibat hiperglikemia terjadi penumpukan glukosa dalam sel yang yang merusak kapiler dan menyebabkan peningkaatan sarbitol yang akan menyebabkann gangguan fungsi endotel. Kebocoran sklerosis yang menyebabkan gangguan – ganguan pada arteri dan kepiler.

 Akibat hiperglikemia terjadi penimbunan glikoprotein dan penebalan membran dasar sehingga kapiler terganggu yang akan menyebebkan gangguan perfusi jaringan turun yang mempengaruhi organ ginjal, mata, tungkai bawah, saraf. ( Elizabeth J. Corwin, 2001 )

Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang sangt berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila isulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalams el dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe 1, bdanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism energy.

d.      Manifestasi Klinis

Adanya penyakit diabetes ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari oleh penderita, beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian adalah:

·         Keluhan klasik
1.      Banyak Kencing (Poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari.Terjadi diuresis osmotik yakni pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
2.      Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahtafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita banyak minum.
3.      Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita Diabetes Melitus karena pasien mengalami keseimbangan kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar. Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita banyak makan.
4.      Penurunan berat badan dan rasa lemah
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus. Dimana sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi DM type 2.
5.      Retinopati Diabetik
Retinopati diabetik merupakan komplikasi kronis diabetes melitus berupa mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan mikro vaskular pada retina dengan gejala penurunan atau perubahan penglihatan secara perlahan. Mekanisme terjadinya RD masih belum jelas, namun beberapa studi menyatakan bahwa hiperglikemi kronis merupakan penyebab utama kerusakan multipel organ. Komplikasi hiperglikemia kronis pada retina akan menyebabkan perfusi yang kurang adekuat akibat kerusakan jaringan pembuluh darah organ, termasuk kerusakan pada retina itu sendiri.

e.       Pemeriksaan Diagnostik

PRA ANALITIK
·         PERSIAPAN PASIEN
ü  Glukosa darah sewaktu ( GDS ) : tes dilakukan tanpa persiapan
ü  Glukosa darah puasa ( GDP )
a.      Pasien dipuasakan 8 – 12 jam sebelum tes
b.      Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis pada formulir permintaan test.
ü  Glukosa darah 2 jam post prandial ( GD2PP) :
a.       Dilakukan 2 jam setelah makan setelah tes GDP
b.      Pasien diberikan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat
Sebelum tes dilakukan
  • PERSIAPAN SAMPEL
Sampel merupakan whole blood
  • ALAT DAN BAHAN
a.       Lancet
b.      Glukocard test strip II
c.       Strip test
d.      Whole blood

ANALITIK
  1. Masukan tes kalibrasi pada alat, pada monitor akan menunjukan F – 5
  2. Persiapan tes : buka foil pada strip, jangan menyentuh strip tapi pergunakan foil
  3. Untuk memegang stip yang telah terbuka
  4. Masukan kedalam alat, pada monitor akan menunjukan F – 5, kemudian hasil tes sebelumnya akan nampak
  5. Teteskan sampel pada ujung strip sampai terdengar tanda yang berarti strip sudah terisi penuh
  6. Hasil akan muncul dimonitor setelah 60 detik
PASCA ANALITIK
Interpretasi:
TES
BUKAN DM
BELUM PASTI DM
DM
GDS
<>
90 – 199 mg / dl
≥200 mg / dl
GDP
<>
90 – 109 mg / dl
≥110 mg / dl
GD2PP
<>
120 – 200 mg / dl
> 200 mg / dl
Linearitas alat:
1.      Alat mengeluarkan hasil ‘Lo’ bila nilai glukosa di bawah 40 mg / dl
2.      Alat mengeluarkan hasil ‘ Hi ‘ bila nilai glukosa diatas 500 mg / dl
c.       Penatalaksanaan

Soegondo S, dkk (2004, hal: 257) menyatakan penatalaksanaan diabetes sering dikaitkan dengan perencanaan makan, latihan jasmani dan obat-obatan penurun gula darah.

ü  Perencanaan makan
1)      Makan makanan yang beraneka ragam yang bisa menjamin terpenuhinya kecakupan sumber zat teaga, zat pembangun dan zat pengatur.
a)      Sumber zat tenaga
Sumber zat tenaga antara lain : beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi.
Makanan sumber zat tenaga sangat penting menunjang aktivitas sehari-hari.
b)      Sumber zat pembangun
Ø  Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu.
Ø  Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging dan susu.
Zat pembangun berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.

c)      Sumber zat pengatur
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral yang sangat berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

ü  Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Kebutuhan energi penyandang diabetes tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan kegiatan fisik, keadaan penyakit dan pengobatannya.
Energi yang dibutuhkan dinyatakan dengan satuan kalori. Susunan makanan yang baik untuk penyandang diabetes mengandung jumlah kalor yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. komposisi makanan tersebut adalah :
Ø  10 – 15% protein
Ø  20 – 25% lemak
Ø  60 – 70% karbohidrat

Ø  Makanlah makanan sumber karbohidrat, sebagian dan kebutuhan energi (pilihlah karbohidrat komplek dan serat, batasi karbohidrat sederhana)
d)     Karbohidrat komplek atau tepung-tepungan
Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), sagu.
e)      Karbohidrat sederhana
Makanan sumber, karbohidrat sederhana adalah gula, sirup, cakes, dan selai, karbohidrat sederhana juga terdapat pada buah, sayuran dan susu bagi penderita diabetes anjuran konsumsi tidak lebih dari 5% total kalori (3 – 4 sendok) makan sehari.
f)       Serat
Serat adalah bagian karbohidrat yang tak dapat dicerna. Serat banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, padi-padian dan produk sereal. Makanan cukup serat memberi keuntungan pada penderita diabetes karena serat :
Ø  Perasaan kenyang dan puas yang membantu mengendalikan nafsu makan dan penurunan berat badan.
Ø  Makanan tinggi serat biasanya rendah kalori.
Ø  Membantu buang air besar secara teratur.
Ø  Memperlambat penyerapan glukosa darah sehingga mempunyai pada penurunan glukosa darah.
Ø  Menurunkan kadar lemak darah.

Ø  Batasi konsumsi lemak, minyak dan santan sampai seperempat kecukupan energi.
Penyandang diabetes mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan penyakit jantung dan pembuluh darah, oleh karena itu lemak dan kolesterol dalam makanan perlu dibatasi. Untuk itu makanan jangan terlalu banyak yang digoreng, bila ingin mungkin tidak lebih dari satu lauk saja yang digoreng pada setiap kali makan untuk mereka-mereka yang tidak gemuk, selebihnya dapat dimasak dengan sedikit minyak misalnya seperti dipanggang, dikukus, direbus dan dibakar. Kurangi mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol seperti otak, kuning telur, ginjal, hati, daging berlemak, keju dan mentega.

Ø  Gunakan garam yang beryodium (gunakan garam secukupnya saja)
Penyandang diabetes yang mempunyai tekanan darah tinggi (hipertensi) sehingga perlu berhati-hati pada asupan natrium. Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama dengan untuk penduduk biasa yaitu ± 3.000 mg/hari yaitu kira-kira 6 – 7 garam (1 sendok teh) yang digunakan.
Ø  Makanlah makanan sumber zat besi (Fe)
Untuk menghindari terjadi anemia yang banyak diderita oleh semua orang penyandang diabetes maka perlu mengkonsumsi cukup zat besi. Bahan makanan sumber zat besi antara lain sayuran berwarna hijau dan kacang-kacangan.
Ø  Biasakan makan pagi
Pada penyandang diabetes terutama yang menggunakan obat penurun glukosa darah ataupun suntikan insulin tidak makan pagi akan sangat beresiko karena bisa menyebabkan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
Ø  Hindari minuman beralkohol
Kebiasaan minum minuman beralkohol dapat mengakibatkan terhambatnya proses penyerapan zat gizi, dan hilangnya zat gizi yang penting bagi tubuh.
Ø  Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar penatalaksanaan diabetes karena dapat menurunkan berat badan, meningkatkan kebugaran, meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot. Latihan jasmani harus dilakukan secara teratur dan sesuai dengan umur, jenis kelamin, pekerjaan dan kondisi kesehatan.
Ø  Obat-obatan penurun gula darah
Jenis tablet atau obat-obatan yang merangsang pankreas untuk melepaskan persediaan insulin, menaikkan tingkat insulin sehingga gula darah tetap rendah antara lain :
Ø  Chlorpropamide       lamanya kerja panjang
Ø  Glibenclamide          lamanya kerja sedang
Ø  Gliclazide                 lamanya kerja sedang
Ø  Gliquidone               lamanya kerja sedang
Ø  Tolazamide              lamanya kerja sedang
Ø  Tolbutamide             lamanya kerja pendek

Obat jangka panjang tidak selalu cocok untuk orang tua dan orang yang gaya hidupnya sulit untuk makan secara teratur, karena adanya resiko hipoglikemia, selain perlu waspada terhadap resiko rendahnya gula darah, umumnya mereka yang minum tablet sulfonilurea sedikit mengalami efek samping yang serius.
Keluhan yang mengganggu hanyalah wajah yang menjadi merah dan panas, yang jelas jika anda mulai minum tablet ini yang membuat tingkat gula darah turun (Bilous, R.W, 2002, hal : 30)

1.      Pengkajian
Ø  Identitas pasien :
Nama         : Tuan B
Umur         : 53 tahun
Jenis kelamin : laki- laki
Ø  Riwayat penyakit
riwayat penyakit sekarang:
Keluhan utama
Mual, muntah, seluruh badan lemah, sering minum, sering makan, dan sering kencing.
Riwayat penyakit masa lalu : -
Riwayat penyakit keliarga :
Ø  Aktivitas
Gejala : seluruh badan lemah
Tanda : prnurunan kekuatan otot
Ø  Sirkulasi
Gejala : ulkus pada telapak kaki ukuran 10 x 7 cm
Tanda : luka tampak adanya push dan jaringan nefrotik
Ø  Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih
Tanda : poliuri
Ø  Makanan/ cairan :
Gejala :
Mual, muntah, seluruh badan lemah
Polidipsi
polifagi
Tanda :
Penurunan berat badan
Sering kencing
Ø  Neurosensori :
Gejala :
Nekrosis
Gangguan penglihatan
Tanda :
Tidak merasakan lagi sensasi pada area luka
Penglihatan tampak kabur
Ø  Pemeriksaan diagnostik :
Pada saat masuk dilakukan pemeriksaan GDS = 235 gr/dl
Ø  Pengkajian Luka

Perawatan luka pada penderita diabetes bisa dilakukan dengan dressing, ditutup dengan kain atau pembalut luka yang mengandung antibiotik. 2-3 hari sekali dibuka dan diganti. Penggunaan NaCL justru akan membuat luka yang sudah bernanah semakin menyebar. Karenanya penggunaan NaCL mulai dikurangi. karena merupakan cara lama yang agresif. Saat ini perawatan luka bagi penderita diabetes harus melihat dulu penyakit dasarnya, baru ditentukan terapi yang tepat untuk merawat lukanya.

Penanganan dalam level 1 dan 2 umumnya membutuhkan debridemen jaringan lunak dan pengurangan tekanan pada semua area ulkus atau luka. Luka yang sudah busuk dikeluarkan. Kalau harus beraktivitas, disarankan menggunakan alas kaki yang halus dan lembut agar daerah luka tidak menjadi tumpuan berat. Untuk level 3, luka biasanya sudah terinfeksi sehingga dibutuhkan drainase atau pembuatan lubang untuk mengeluarkan nanahnya. Jika haruss diamputasi, diusahakan mengambil bagiannya seminimal mungkin. Amputasi diputuskan jika setelah dilakukan pemeriksaan didapat luka serius atau infeksi yang tidak dapat ditolong lagi.

Mengingat segala kemungkinan dapat terjadi pada penderita DM akibat gangguan pembuluh darah maupun syarafnya, maka perlu dilakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka, sebagai berikut:
1.      Penderita harus mencuci kakinya setiap hari dengan teratur, sesudah dicuci dikeringkan dengan seksama (terutama pada sela-sela jari kaki)
2.      Dapat dipakai bedak atau lotion.
3.      Pada penderita dengan komplkasi kronis DM, sebaiknya jangan menggunakan air hangat atau air panas untuk merendam kaki, oleh karena kepekaan rasa di kaki untuk panas berkurang sehingga penderita tidak merasakan apa-apa, walaupun kakinya melepuh.
4.      Apabila penderita merasa kakinya dingin, sebaiknya memakai kaos kaki, Sebaiknya memilih kaos kaki yang bahannya wol atau katun. Kaos kaki tersebut sebaiknya juga dipakai sewaktu tidur.
5.      Apabila memakai sepatu atau sandal, perlu diperiksa apakah alas kakinya licin dan rata.
6.      Apabila membeli sepatu baru, sebaiknya diperhatikan : sepatu jangan terlalu sempit, sebaiknya sepatu yang kulitnya lemas, pada awalnya sepatu tersebut dipakai beberapa jam saja, untuk membiasakan diri.
7.      Pada penderita DM yang mengalami gangguan syaraf sebaiknya jangan berjalan tanpa alas kaki, karena dapat terkena luka tanpa penderita menyadarinya.
8.      Sela-sela jari kaki perlu diperiksa, apakah terdapat luka atau kulit yang pecah-pecah, yang disebabkan oleh jamur kaki. Bila ada, cepat pergi ke dokter untuk diobati.
Perlu diperhatikan.
Setiap hari kaki harus diperiksa dengan seksama minimal 1 kali. Ini sangat penting untuk menemukan luka secara dini atau perubahan warna kulit seperti kemerahan.Dari pemeriksaan diketahui terdapat luka terbuka berukuran 10 x 7 cm pada telapak kaki,terdapat push dan seluruh daerah kemerahan serta sudah mulai terdapat nekrose (jaringan mati) pada permukaan kulit. Parawatan luka ini tidak terlalu rumit apabila ada kerjasama antara pasien dengan petugas kesehatan, pasien bersedia dilakukan perawatan secara rutin dengan keyakinan luka akan sembuh. Perawat melakukan perawatan dengan sabar dan teliti serta profesional.

2.      Etiologi

No
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1
Ds :
·      Klien merasakan seluruh badan lemah
·      Klien mengatakan sering Mual dan muntah

Do :
·         BB klien menurun ( BB sebelum sakit : 75 Kg
·         BB : 55 Kg
·         Forsi makan dihabiskan


Problem media primer berupa (gangguan keseimbangan pemberian insulin, dan aktivitas tidak terkontrol).


 


Peningkatan kadar hormone
Stress


 


Epineprin, kortisol dan hormone pertumbuhan meningkat


 


Defisit insulin


 


Penurunan energi metabolik


 


Metabolisme karbohidrat menurun
 


Perubahan pola makan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
2
Ds :
·         Klien mengatakan cepat  lelah
Do :
·         Klien melakukan aktivitas di tempat tidur
·         GDS : 235  mg/dl
·         Klien terpasang infus ditangan sebelah kiri






Epineprin, kortisol dan hormone pertumbuhan meningkat


 


Penurunan energy metabolic


 


Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


 



Gangguan metabolisme dan lemak


 


Cadangan lemak dan protein tubuh di gunakan


 


Pembentukan ATP menurun


 


Penurunan BB


 


kelemahan


kelelahan
3
Ds :
·         Tampak luka pada daerah telapak kaki
·         GDS : 235 gr/dl



Terputusnya kontuinitas    jaringan


 


Kerusakan jaringan dan saraf


 


Sel mengalami lisis dan mati


 


Ulkus-drainase purulent


 


Media untuk pertumbuhan kuman/ mikroorganisme


 


Resiko infeksi
Resiko Infeksi
4.
Ds :
Klien mengeluh mual muntah
Poliuria
Polidipsi
Do:
Turgor kulit menurun
Membran Mukosa kering
Defisiensi Insulin

Gangguan pemakaian glukosa oleh sel

Hiperglikemia

Glikosuria

Diuresis Osmotik

Dehidrasi
Kekurangan volume cairan



C .Patway Patofisiologi

D. Priorotas masalah/ Dx Keperawatan
v  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukosa kering.
v  Perubahan status nutrisi b/d gangguan metabolik di tandai dengan adanya hiperglikemia.
v  Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
v  Resiko infeksi b/d glukosa darah yang tinggi ditandai dengan luka pada telapak kaki.



NO
Dx Keperawatan
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1.       
Perubahan status nutrisi b/d gangguan metabolik di tandai dengan adanya hiperglikemia.
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi.
1.      MANDIRI
2.      Timbang berat badan sesuai indikasi.


Tentukan program diet, pola makan, dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan klien.
Auskultrasi bising usus, catat nyeri abdomen atau perut kembung, mual, muntah dan pertahankan keadaan puasa sesuai inndikasi.

Berikan makanan cair yang mengandung nutrisi dan elektrolit. Selanjutnya memberikan makanan yang lebih padat.

Identifikasi makanan yang disukai.

Libatkan keluarga dalam perencanaan makan.




Observasi tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, kulit lembap atau dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing).


KOLABORASI
Lakukan pemeriksaan gula darah dengan finger stick.


Pantau pemeriksaan laboratorium (glukosa darah, aseton, pH, HCO3)







Berikan pengobatan insulin secara teratur melalui iv






Berikan larutan glukosa ( destroksa, setengah salin normal).






Konsultasi dengan ahli gizi.




Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.


Mengidentifikasikan kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit menurunkan motilitas atau fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik).

Pemberian makanan melalui oral lebih baik diberikan pada klien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.


Kerja sama dalam perencanaan makanan.

Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien

Pada metabolism kaborhidrat (gula darah akan berkurang dan sementara tetap diberikan tetap diberikan insulin, maka terjadi hipoglikemia terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran.

Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat daripada memantau gula dalam urine.
Gula darah menurun perlahan dengan penggunaan cairan dan terapi insulin terkontrol sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel dan digunakan untuk sumber kalori. Saat ini, kadaar aseton menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
Insulin regular memiliki awitan cepat dan dengan cepat pula membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. Pemberian melalui IV karena absorpsi dari jaringan subkutan sangat lambat.
Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah sekitar 250 mg /dl. Dengan metabolism karbohidrat mendekati normal, perawatan diberikan untuk menghindari hipoglikemia.
Bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

2.       
Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan dapat teratasi.
MANDIRI
Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat jadwal perencanaan dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.
 Diskusikan penyebab keletihan seperti nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur, peningkatan upaya yang diperlukan untuk ADL.
Bantu mengidentivikasi pola energi dan buat rentang keletihan. Skala 0-10 (0=tidak lelah, 10= sangat kelelahan)


Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup/ tanpa diganggu.
Pantau nadi , frekuensi nafas, serta tekanan darah sebelum dan seudah melakukan aktivitas.

Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan.
Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan gejala yang menunjukkan peningkatan aktivitas penyakit dan mengurangi aktivitas, seperti demam, penurunan berat badan, keletihan makin memburuk.


Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun klien sangat lemah.
Dengan mengetahui penyebab keletihan, dapat menyusun jadwal aktivitas.



Mengidentifikasi waktu puncak energi dan kelelahan membantu dalam merencanakan akivitas untuk memaksimalkan konserfasi energi dan produktivitas.
Mencegah kelelahan yang berlebih.


Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.


Memungkinkan kepercayaan diri/ harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
Membantu dalam mengantisipasi terjadinya keletihan yang berlebihan.

 3.
Resiko infeksi b/d glukosa darah yang tinggi ditandai dengan luka pada telapak kaki.

setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi

MANDIRI
Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan sperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka, sputum purulen, urine warna keruh atau berkabut.
Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.
Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.


Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dan tetap kencang.
Berikan tisue dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau untuk penampungan sputum atau secret yang lainnya.
KOLABORASI
Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi.


Berikan obat antibiotik yang sesuai


Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.





Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi meddia terbaik dalam pertumbuhan kuman.
Sirkulasi perifer bisa terganggu dan menempatkan pasien pada peningkatan risiko terjadinya kerusakan pada kulit.


Mengurangi penyebaran infeksi.




Untuk mengidentifikasi adanya organisme sehingga dapat memilih atau memberikan terapi antibiotik yang terbaik.
Penanganan awal dapat mambantu mencegah timbulnya sepsis.

 4.
KeKekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik diuresis ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukosa kering.

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

MANDIRI
Kaji riwayat klien sehubungan dengan lamanya atau intensitas dari gejala seperti muntah dan pengeluaran urine yang berlebihan.

Pantau tanda – tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortostatik.





Pantau pola napas seperti adanya pernapasan Kussmaul atau pernapasan yang berbau keton.






Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu napas, adanya periode apnea dan sianosis.







Pantau suhu, warna kulit, atau kelembapannya.




Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa.
Ukur berat badan setiap hari.


Pantau masukan dan pengeluaran.




Observasi mual, nyeri abdomen, muntah, dan distensi lambung.
Tingkatkan lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman. Selimuti klien dengan kain yang tipis.

Kaji adanya perubahan mental atau sensori.









Pertahankan pemberian cairan minimal 2500 ml/hari.




Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan distensi vaskuler.
KOLABORASI
Berikan terapi cairan sesuai indikasi:
Normal salin atau setengah normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.


Albumin, plasma, atau dekstran.





Pasang kateter urine.


Membantu memperkirakan kekurangan volume total. Adanya proses infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air.
Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat ringannya hipovolemi saat tekanan darah sistolik turun ≥ 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk atau berdiri.
Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis. Napas bau aseton disebabkan pemecahan asam asetoasetat dan harus berkurang bila ketosis terkoreksi.
Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan pola dan frekuensi pernapasan normal. Akan tetapi peningkatan kerja pernapasan, pernapasan dangkal dan cepat serta sianosis merupakan indikasi dari kelelahan pernapasan atau kehilangan kemampuan melalui kompensasi pada asidosis.`
Demam, menggigil, dan diaphoresis adalah hal umum terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit kemerahan, kering merupakan tanda dehidrasi.
Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
Memperkirakan kebutuhan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan terapi yang diberikan.
Memberikan hasil pengkajian terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.

Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap klien lebih lanjut dapat menimbulkan kehilangan cairan.
Perubahan mental berhubungan dengan hiperglikemi atau hipoglikemi, elektrolit abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral, dan hipoksia. Penyebab yang tidak tertangani, gangguan kesadaran menjadi predisposisi aspirasi pada klien.
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung sehinnga sering menimbulkan muntah dan secara potensial menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit.
Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi menimbulkan kelebihan cairan dan gagal jantung kronis.



Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon klien secara individual.
Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan jika mengancam jiwa atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha rehidrasi yang telah dilakukan.
Memberikan pengukuran yang tepat terhadap pengeluaran urine terutama jika neuropati otonom menimbulkan retensi atau inkontinensia.


Posting Komentar untuk "Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus"