Fraktur Femur
LAPORAN PENDAHULUAN ( LP )
FRAKTUR FEMUR
KONSEP DASAR MEDIS
- Pengertian
Rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung ,
kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.
Fraktur femur
adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih
banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI,
1995:543)
- Anatomi / fisiologi
Persendian panggul merupakan bola
dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala,
leher, bagian terbesar dan kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari
femur berakhir pada kedua kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi
panggul dikelilingi oleh kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke
kepala femoral merupakan hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah ke
femur bervariasi menurut usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior,
nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah tronkhanter
dan bagian bawah dari leher femur.
- Etiologi
Menurut Sachdeva
(1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1). Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
2). Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3).Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
1) Tumor tulang (jinak atau ganas) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.
2) Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
3) Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
- Lokasi terjadinya fraktur femur
Fraktur femur dapat terjadi pada beberapa tempat
diantaranya:
a. Kolum femoris
b. Trokhanter
c. Batang femur
d. Suprakondiler
e. Kondiler
f. Kaput
- Macam-macam / klasifikasi fraktur femur
Ada 2 type dari fraktur femur, yaitu : 1.
Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan
Melalui kepala femur (capital fraktur) · Hanya di bawah kepala femur · Melalui
leher dari femur 2. Fraktur Ekstrakapsuler; · Terjadi di luar sendi dan kapsul,
melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah
intertrokhanter. · Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak
lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.
- Patofisiologis
Penyebab fraktur adalah trauma Fraktur
patologis; fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma
berupa yang disebabkan oleh suatu proses., yaitu : · Osteoporosis Imperfekta ·
Osteoporosis · Penyakit metabolik TRAUMA Dibagi menjadi dua, yaitu : Trauma
langsung, yaitu benturan pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan posisi
miring dimana daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan benda keras
(jalanan). Trauma tak langsung, yaitu titik tumpuan benturan dan fraktur
berjauhan, misalnya jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
- Manifestasi klinis
1. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi (Black, 1993 : 199).
- Komplikasi
Komplikasi awal
a. Syok: Syok hipovolemik atau
traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun yang tidak
kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.
b. Sindrom emboli lemak: Pada
saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah karena
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin
yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan
memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.
c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang
terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk
kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen
otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau
balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema
atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera
remuk).
- Prognosis
Pada umumnya
fraktir femur lebih besar / sering di derita oleh laki-laki dewasa dan
laki-laki muda / pada pria dari apada
kaum wanita karena faktor aktivitas yang lebih cenderung. Dan biasanya untuk
laki-laki dewasa di akibatkan oleh adanya kecelakan / trauma lansung seperti
kecelakan pada kendaraan bermotor / karena adanya benturan yang keras / jatuh
dari ketinggian. Kemudian fraktur ( femur ) biasanya juga di alami oleh kaum gerontik
karena faktor patologik.
KONSEP KEPERAWATAN
ASUHAN KEPARAWATAN DENGAN FRAKTUR FEMUR
I.
DATA UMUM
a.
Identitas klien
·
Nama :
Tn. Ahmad
·
Tempat / tggl lahir : kendari, 01-01-1975
·
Status perkawinan : sudah kawin
·
Pendidikan terakhir : SMA
·
Pekerjaan :
buru karyawan
·
Alamat :
lr. Salannga
·
Umur :
34 thn
·
Jenis kelamin :
laki-laki
·
Agama :
islam
·
Suku :
tolaki
·
Lama bekerja :
5 thn
·
Telpon :
085241922905
·
Golongan darah :
A
·
Tggl masuk RS :
05 januari 2009
·
Sumber informasi :
klien
·
Ruangan :
ICU
b.
Penanggng jawab
·
Nama :
Ny. Ani
·
Pendidikan terakhir : SMA
·
Hubungan dgn klen : istri
·
Alamat :
Lr. Salangga
·
Umur :
29 thn
·
Pekerjaan :
pedagang
·
Telpon :
908524192290
II.
RIWAYAT KESEHATAN INI
v
Keluhan utama :
klien mengatakan nyeri pda bagian kiri batang tulang paha / femur
v
Alasan MRS :
klien mengatakan nyeri tulang paha sebelah kiri tembus di pinggul seperti di
iris-iris karena kecelakaan
v
Riwayat penyakit :
o Profokative :
klien mengatakan nyeri paha sebelah kiri di rasakan ketika bergerak / berjalan
o Quality :
klien mengatakan nyeri yang tajam / teriris-iris atau tertusuk-tusuk
o Region :
klien mengatakan nyeri disebelah kiri tulang batang paha / batang / tengah
tulan femur
o Skala / severity : skala nyeri berat yakni 8 – 10
o Timing :
terus menerus ( pagi, siang dan malam )
III.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. penyakit yang pernah di alami
Ø
saat kecil :
kien mengatakan tidak pernah mengalami fraktur dan demam
Ø
penyebab :
demam karena infeksi
Ø
riwayat perawatan : klien mengatakan tidak pernah di rawat ruma sakit
Ø
riwayat pengobatan : klien mengatakan pernah dengan asumsi obat terasa pahit
seperti antalgin,parasetamol dll.
2. riwayat alergi :
klien mengatakan pernah alergi yakni bintik- bintik
pada kulit dengan pengobatanya yang dulu
adalah antibiotik
3.riwayat imunisasi :
klien mengatakan pernah pada saat kecil yakni imunisasi polio
IV.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
|
Keterangan :
= Klien mengalami traktur femur
= Ayah klien meninggal karena penyakit
TBC
= Ibu klien meninggal
karena penyakit hpertensi
-----------= Tinggal serumah
= Perempuan
= laki-laki
Catatan : tidak
ada penyebab keturunan adanya penyakit
V.
RIWAYAT PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
1. pola
koping : klien
mengatakan rasa cemas dan takut terkait dengan kondisi frakturnya
2. harapan
klien dgn
penyakitnya : klien mengatakan ingin cepat sembuh
3. faktor stressor : klien mengatakan tidak nyaman/geliosah karena keadaan nyeri
frakturnya dan lingkungan RS yang ribut
4. konsep diri :
kien mengatakan rendah diri/ merasa sunyi karena berpisah dengan dengan
keluarga
5. pengetahuan klien dgn
Penyakitnya : kien mengatakan nyeri sangat berbahayadan
asumsi tidak bisa berjalan karena pemahaman tentang kondisinya kurang
6. adaptasi :
klien mnengatakan tidak nyaman karena kondisi nyerinya
7. hbgan dgn keluarga : kien mengatakan kehilangan peran serta kebiasaan
dikeluarga
8. hbgan dgn masyarakat : klien mengatakan kehilangan interaksi dan kebiasaan dirumah
sakit
9. perhatian terhadap orang
Lain / lawan
bicara : klien tampak apatis
ketika ada lawan bicara
10.aktivitas
sosial : klien mengatakan
sering mengangkat karung dan sering memakai kendaraan dgn balap-balapan
11.bahasa yang
sering
Digunakan : klien tampak
berbahasa indonesia
12.keadaan lingkungan : kien mengatakan lingkungan kurang
menyenangkan
13.kegiatan
keaagamaan : klien mengatakan selalu
mengharapkan dan berdo,a akan kesembuhan nyerinya
14.keyakinan
tentang
Penyakitnya : klien mengatakan
selalu yakindan percaya akan kesembuhandari tindakan kesehatan yang diberikan
VI.
KEBUTUHAN DASAR / POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
1.
Makan
§ Sebelum
MRS : klien mengatakan sering makan
nasi, ikan, telur dan makanan yang disukai adalah ayam dan makanan pantangan
adalah ME dan porsi makan 3 kali sehari
§ Sesudah
MRS : klien mengatakan nafsu makan tidak
ada perubahan dan porsi makan tetap
2.
Minum
§ Sebelum
MRS : klien mengatakan selalu
menghabiskan frekuensi minum 6-7 kali perhari dan minuman yang disukai adalah
THE
§ Sesudah
MRS : klien mengatakan frekuensi minum
tetap/ tidak ada perubahan dan tidak mengeluh rasa haus
3.
Tidur
§ Sebelum
MRS : klien mengatakan frekunsi tidur
6-8 jam siang dan malam
§ Sesudah
MRS : klien mengatakan frekuensi tidur
sedikit terganggu tetapi tidak bersifat aktul karena masih dapat di atasi sendiri
4.
Eliminasi fekal / BAB
·
Sebelum MRS
:
- Frekuensi :
2-3 kali perhari
- Warna :
kuning kecoklatan / normal
- Bau :
normal
- Konsistensi :
lunak / tidak ada kelainan
· Sesudah
MRS :
- Frekuensi : 2-3 kali perhari
- Warna :
kuning kecoklatan / normal
- Bau :
normal
- Konsistensi :
lunak / tidak ada kelainan / tidak ada perubahan
5.
Eliminasi Urin / BAK
·
Sebelum MRS
:
- Frekuensi :
4-5 kali perhari
- Warna :
normal
- Bau :
normal
· Sesudah
MRS :
- Frekuensi : 4-5 kali perhari
- Warna :
normal / tidak pekat
- Bau : normal
6.
Aktifitas dan latihan
§ Sebelum
MRS : klien mengatakan serin melakukan
aktifitas yang melelahkan, tempat kerja sangat jauh, jadwal kerja lama dan
serimh mengendarai kandaraan bermotor dgn balap-balapan
§ Sesudah
MRS : klien total beristrahat di tempat
tidur tapi masih bisa bergerak sedikit untuk aktifitas eliminasi akan tetapi
ketrbatasan untuk berjalan sangat terbatas / menurun
7.
Personal hygine
§ Sebelum
MRS : klien mengatakan sering mandi
sendiri dgn keadaan yang bersih 2 kali sehari
§ Sesudah
MRS : kebiasaan mandi sedikit menurun
akan tetapi masih bisa dikompenisasikan dengan cara merawat kebiasaan lap-lap 3
kali sehari
VII.
PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum
· Kehilangan BB :
BB normal dan tidak ada perubahan selama masuk di RS
· Kelemahan : klien tampak mengalami
kelemahan / keterbatasan mobilitas dan adanya penurunan tonus otot
· Perubahan
mood : klien sedikit
kehilangan mood tapi tidak ada pengaruh untuk porsi makan
· Vital
sign : TD :
140/80, P: 24x/mnt, N: 88x/mnt dan suhu:37 c
· Tingkat
kesadaran : somnolen
2) Head
to toe
·
Kulit :
pucat pada bagian femur yang patah, terdapat pmbengkakan jaringan femur/ sisi
cedera dan sedikit lembab dan adanya sianosis
·
Kepal dan leher :
normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam dan tidak ada peradangan(-)
·
Kuku :
tidak ditemukan kuku klabing dan ketebalan normal
·
Mata / penglihatan : ketajaman penglihatan normal,sklera(-), pemakaian alat
bantu(-), dan gangguan pupil(-)
·
Hidung : peradangan(-), reaksi
alergi(-), sumbatan/polip (-), dan fx
penciuman normal(-)
·
Telinga :
bentuk simetris kanan/kiri, peradangan(-),perdarahan(-), cairan telingga(-)
·
Mulut dan gigi :
peradangan(-),perdarahan(-),gangguan menelan(-),mukosa tdk berlebihan dan fx
tetap normal
·
Leher :
pembengkakan kelenjar tiroid (-),tekanan vena jugulari (-),gerakan normal dan
tidak ada kelainan
·
Dada :
nyeri lokal (-),bentuk simetris
·
Abdomen :
turgor(-),massa(-),
bising usus(-) dan tiddak ada kelainan
·
Perineum dan genitalia : perdarahan dan peradangan(-),pembengkakan (-),dan fx tetap
normal
·
Extremitas atas/ bawah : extremitas atas(-),tetapi untuk extremitas bawah mengalami
gangguan yakni adanya kelemahan ototaktivitas berjalan terhanbat,tonus otot
menurun,femur kiri terganggu dan susah bergerak
3) Pengkajian
data fokus
Ø Sistem
respiratorik
§
Inspeksi :
pengembangan paru normal dan sesak nafas(-)
§
Auskultasi :
sesak nafas (-), apnea(-), inspirasi dan ekspirasi (-)
§
Perkusi :
tidak ada akumulasi cairan di dalam paru
Ø Sistem
kardiovaskuler
§ Palpasi : adanya detak jantung antara
sistol dan diastol
§ Auskultasi : bunyi sistol dan diastol normal,tekanan
darah agak meningkat sedikt tapi tidak berpengaruh pada kondisinya dan adanya
bunyi jantung sedikit tidak normal tapi tidak bersifat aktual dan potensial
terhadap kondisinya
Ø Sistem
gastrointestinal
§
Inspeksi :
tidak ada kelainan dan proses menelan normal
§
Auskultasi :
tiodak ditemukan bising usus
§
Perkusi :
tidak ditemukan bunyi yang pekak / tidak normal
Ø Sistem
urinari
·
Inspeksi :
warna pekak(-),bau amoniak(-)serta tidak ada kelainan
Ø Sistem
reproduks : tidak ada kelainan
Ø Sistem
muskuloskeletal
·
Inspeksi :
adanya pemendekan tulang, bentuk femur kiri dan kanan asimetrissusah
berjalan,adanya perdarahan dan peradangan dan penurunan tonus otot dan adanya
kelemahan otot
·
Palpasi :
nyeri tekan(+) pada bagian femur kiri dan adanya spasme otot
Ø Sistem
neurologi
· Inspeksi :
klien tampak cemas karena respon nyerinya,tingkat kesadaran somnolen,susah
untuk bergerak dan adanya kelemahan.
Ø Sistem
endokrin : tidak ada
pembengkakan kelenjar tiroid
Ø Sistem
penglihatan : kiri dan
kanan simetris dan tidak ada kelainan
Ø Sistem
pendengaran : tidak ada
kelainan
Ø
4) Pemeriksaan
diagnostik
·
Foto Rontgen
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung-
Mengetahui tempat dan type fraktur-
Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik
2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).
Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung-
Mengetahui tempat dan type fraktur-
Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik
2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati (Doenges, 1999 : 76 ).
5) Penatalaksanaan
medis dan keperawatan
-
X.Ray · Bone scans, Tomogram, atau MRI Scans
-
Arteriogram : dilakukan bila ada kerusakan vaskuler. ·
-
CCT kalau banyak kerusakan otot.
-
Pemberian traksi
Traksi Penyembuhan fraktur bertujuan
mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin
Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi,
Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian
tubuh. Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : Traksi Kulit Dipasang pada dasar
sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas
untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut
mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan
pemasangan gips. Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa
yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi
dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.
-
Pembaluta
-
Terapi Antibiotik
-
Pemberian imunisasi tetanus
VIII.
PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
jaringan tulang
2. Intolerensiasi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan otot
3. kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan kerusakan sirkulasi
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan kerusakan neuromukuler
5. Resiko infeksi berhubungan dengan
prosedur infasif
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
informasi inadekuat
7.Ansietas berhubungan dengan koping tidak
efektif dan krisis situasi
No
|
Data
|
Etiologi
|
Dianosa
|
|||
1.
2.
3.
4.
5.
|
Ds : klien mengatakan nyeri
dibagian femur kiri
Do : klien tampak meringis,tidak
tenamg
Ds : klien mengatakan lemah dan
tidak bisa beraktivitas
Do : klien tampak lemah
Dan tak berdaya serta koordinasi
otot,tulang tidak baik
Ds : klien mengatakan adanya
tidak tenang karena rusaknya jaringan
Do : klien tampak sianosis,dan
udema
Ds : klien mengatakan tidak bisa
berdiri,dan tidak sanggup beraktivitas
Do : klien tampaklemah,tak
berdaya dan keseimbangan tidak simetris
Ds : klien mengatakan tidak tahu
perkembangan penyakitnya
Do : klien tampak cemas,takut dan
ragu
|
Fraktur femur
Terputunya jaringan tulang
Rusaknya jaringan tulang
Penekanan pada serabut saraf
Kortes serebri
Hipotalamus
Sensasi nyeri
Fraktur femur
Gangguan pada miofibrin otot
Kelemahan otot
Kerusakan sirkulasi
G3 suplai 02 dan nutrisi
Nekrosis
Fraktur femur
Kerusakan muskuloskeletal
G3 motorik
Ketidakseimbangan tubuh
Terputusnya jaringan tulang
Tindakan infasif
Koping tidak efektif
|
Nyeri
Intolerensia aktivitas
Kerusakan integritas kulit
Hambatan mobilitas fisik
ansietas
|
No
|
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan dan kriteria
hasil
|
intervensi
|
rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Nyeri
berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang
Intolerensiasi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot
kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi
Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromukuler
Ansietas
berhubungan dengan koping tidak efektif dan krisis situasi
|
Nyeri dapat hilang dalam waktu
2x24 jamdengan kriteria hasil nyeri
dapat terkontrol,tampak tenang dan tidak meringis
Intoleransiasi aktifitas dapat
terkontrol dengan kriteria hasil tampak tidak lemah,dapat melakukan aktifitas
sendiri dan koordinasi tulang membaik
Kerusakan integritas kulit dapat
terkontrol dengan kriteria hasil tidak ada udema ,sianosis dan keadaan luka
dapat streril
Hambatan mobilitas fisik dapat
terkontrol dengan kriteria hasil penampilan yang seimbang,dapat melakukan
pergerakan sendiri dan bersemangat
Ansietas dapat terkontrol dalam
2x24 jam dengan kriteria hasil ;
Pasien tampak tenang,tidak cemas
dan parasaan takut dapat hilang
|
a. Lakukan pendekatan
pada klien dan keluarga
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
c. Jelaskan pada
klien penyebab dari nyeri
d. Observasi tanda-tanda vital
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
a. Rencanakan periode istirahat
yang cukup.
b. Berikan latihan aktivitas
secara bertahap.
c. Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan sesuai kebutuhan.
d. Setelah latihan dan aktivitas
kaji respons pasien.
a. Kaji kulit
dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
.
c. Pantau peningkatan suhu tubuh. d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas. e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
g. Kolaborasi
pemberian antibiotik sesuai indikasi
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan
kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. c Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
Informasikan selengkapnya tentang
kondisi prognosis fraktur femuf
Tampakan pada pasien bahwa kita
merawat
Berikan informasi pada klien
|
hubungan yang
baik membuat klien dan keluarga kooperatif
tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.
untuk mengetahui perkembangan klien
merupakan tindakan dependent
perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri
mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan,
dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar
optimal.
.
tahapan-tahapan yang diberikan membantu
proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang
tepat, mobilisasi dini.
. mengurangi pemakaian energi
sampai kekuatan pasien pulih kembali.
menjaga kemungkinan adanya respons abnormal
dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
mengetahui
sejauh mana perkembangan luka
mempermudah
dalam melakukan tindakan yang tepat.
mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
suhu tubuh yang meningkat dapat
diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
tehnik aseptik
membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
. agar benda
asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit
normal lainnya.
antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi
Dapat mengetahui perkembangan
kondisinya
mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi. mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
.
menilai batasan kemampuan aktivitas optimal. mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien
Dapat mengetahui perkembangan
kondisinya
Merasa diperhatikan dan
menurunkan kecemasan
Meningkatkan semangat dan
menurunkan kecemasan
|
No
|
Diagnosa
|
Implementasi
|
Eveluasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Nyeri
berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang
Intolerensiasi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan otot
kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulas
Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromukuler
Ansietas
berhubungan dengan koping tidak efektif dan krisis situasi
|
a. Lakukan
pendekatan pada klien dan keluarga
b. Kaji tingkat intensitas dan frekwensi nyeri
c. Jelaskan pada
klien penyebab dari nyeri
d. Observasi tanda-tanda vital
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
a. Rencanakan periode istirahat
yang cukup.
b. Berikan latihan aktivitas secara
bertahap
c. Bantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan sesuai kebutuhan.
d. Setelah latihan dan aktivitas
kaji respons pasien.
a. Kaji kulit
dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
.
c. Pantau peningkatan suhu tubuh. d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
e. Jika
pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
f. Setelah debridement,
ganti balutan sesuai kebutuhan.
g. Kolaborasi
pemberian antibiotik sesuai indikasi.
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan
kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. c Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. e. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
Informasikan selengkapnya tentang
kondisi prognosis fraktur femuf
Tampakan pada pasien bahwa kita
merawat
Berikan informasi pada klien
|
S : klien mengatakan tidak nyeri
lagi
O : kjlien tampak tenag
A : intervensi telah berhasil
P : pertahankan intervensi
S : klien mengatakan sudah dapat
berbicara
O : kjlien tampak membaik dan
tidak lemah lagi
A : intervensi telah berhasil
P : pertahankan intervensi
S : klien mengatakan kulitnya
sudah membaik
O : klien tampak tidak ada
sianosis
A : intervensi telah berhasil
P : pertahankan intervensi
S : klien mengatakan mulau bisa
beraktivitas sendiri
O : kjlien tampak membaik
A : intervensi telah berhasil
P : pertahankan intervensi
S : klien mengatakan telah
mengerti tentan g penyakitnya
O : kjlien tampak tenag
A : intervensi telah berhasil
P : pertahankan intervensi
|
Posting Komentar untuk "Fraktur Femur"