Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dislokasi


DISLOKASI
Pengertian
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.


PEMBIDAIAN
Pertolongan Pertama pada Patah Tulang
Prinsip Pertolongan
  1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
  2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan lainnya.
Penanganan Secara Umum
  1. DRABC
  2. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka
  3. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur
  4. Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai
  5. Tangani dengan hati-hati
  6. Observasi dan atasi syok bila perlu
  7. Segera cari pertolongan medis
Fraktur dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah memburuknya cedera. Tetapi situasi yang memerlukan Resusitasi baik pernafasan maupun jantung dan cedera kritis yang multipel harus ditangani terlebih dahulu.
Prioritas dalam menangani fraktur:
  1. fraktur spinal;
  2. fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;
  3. fraktur extremitas
Perhatian:
Dalam menangani fraktur, jangan hanya terpaku pada frakturnya saja tetapi selalu mulai dengan DRABCH dan lakukan monitoring secara periodik.
Dan selalu ingat jika Anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan melakukan reposisi baik pada fraktur mapun pada dislokasi.
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan dislokasi. Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian yang berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang disebelah distal dan proximalnya.
Tipe-tipe bidai:
  1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang keras.
  2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut atau bahan yang lunak lainnya.
  3. Bidai Traksi
Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur sehingga dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah tulang yang patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
Prinsip Pembidaian
a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.
Syarat Pembidaian
  1. Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih dahulu pada anggota badan yang tidak sakit;
  2. Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor;
  3. Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan;
  4. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tempat yang patah;
  5. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;
  6. Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya perlu dilepas.
Aturan dasar yang harus diingat ketika melakukan pembidaian:
  1. Jika ragu-ragu fraktur atau tidak ' Bidai
  2. Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu;
  3. Ikatlah bidai dari distal ke proximal
  4. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya;
  5. Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
PEMBALUTAN
Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi tidak terlalu kencang sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan nyeri. Dalam usaha untuk mencegah pergesekan dan ketidaknyamanan pada kulit, penggunaan bantalan lunak dianjurkan sebelum melakukan balutan. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang tidak cedera, kalau kedua kaki bawah mengalami cedera, pengikatan dilakukan di depan dan diantara bagian yang cedera.
Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak terlalu kencang akibat pembengkakan dari jaringan yang cedera. Lewatkan pembalut pada bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut dan pergelangan kaki jika diperlukan.
Cara Imobilisasi Fraktur
Dengan Pembalut
Gunakan pembalut lebar bila ada;
  1. Taruh pembalut dibawah bagian tubuh yang terjadi fraktur;
  2. Topang lengan atau tungkai dengan bidai sampai pembalut cukup memfixasi
  3. Setiap 15 menit periksa agar pembalut tudak terlalu ketat
  4. Periksa pembalut supaya tidak longgar
Dengan Bidai
  1. Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang melewati sendi dan ujung tulang yang patah;
  2. Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai;
  3. Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah fraktur. Ikatan harus cukup kuat pada daerah yang sehat.

Rabu, 2008 Juni 25

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Chronic Obstructive Pulmonal Disease (COPD)

COPD merupakan penyakit yang ditandai dengan obstuksi aliran napas yang tidak penuh bisa sembuh kembali. Keterbatasan aliran udara biasanya meningkat dan berhubungan dengan respon inflamasi abnormal paru sebagai respon terhadap partikel dan gas yang berbahaya. Berat ringan COPD dapat digolongkan menjadi 4 yaitu:
Tahap 0 – Resiko
  1. batuk kronis dan sputum produktif
  2. fungsi paru normal
Tahap 1 – COPD Ringan
  1. Forced Expiratory Volume dalam 1 detik (FEV1) ≥80%
  2. Keterbatasan aliran udara ringan
  3. Batuk kronis dan sputum produktif
Tahap 2 – COPD Moderat
  1. FEV1 <80%
  2. Ketebatasan aliran udara tambah buruk
  3. Gejala bertambah
  4. Napas pendek
Tahap 3 – COPD Berat
  1. FEV1 <30%
  2. Keterbatasan aliran udara berat
  3. Gagal napas
  4. Tanda klinis gagal jantung kanan
  5. Qualitas hidup menurun
  6. Jika berulang mengancam kehidupan
Tanda dan Gejala
Pasien dengan exaserbasi COPD ditemukan gejala sebagai berikut:
  1. napas pendek meningkat
  2. wheezing
  3. peningkatan produksi sputum dan batuk
  4. pyreksia
  5. malaise dan kelemahan
  6. bingung
  7. penurunan toleransi aktivitas
Tanda Ancaman Terhadap Kehidupan
  1. tidak ada perbaikan kondisi/tidak ada respon terhadap pengobatan
  2. bingung
  3. letargi
  4. coma
  5. hyposemia memburuk
Pengkajian
Airway
  1. kaji dan pertahankan jalan napas
  2. lakukan head tilt, chin lift jika perlu
  3. gunakan bantuan jalan napas jika perlu
  4. pertimbangkan untuk segera merujuk ke ahli anaestesi
Breathing
  1. kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter
  2. lakukan pemeriksaan arterial gas darah untuk mengkaji pH, PaCO2 and PaO2
  3. jika pH arteri <7.2, pasien lebih menguntungkan menggunakan non-invasive ventilation (NIV) dan rujukan harus dibuat sesuai dengan kebijakan setempat
  4. kontrol terapi oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%
  5. monitoring secara ketat PaCO2
  6. berikan nebuliser salbutamol 5 mg dan ipratropium 500 mcg melalui oksigen
  7. berikan prednisolone 30 mg per oral atau hydrocortisone 100 mg IV setiap 6 jam.
  8. Catat temperature
  9. Lakukan pemeriksaan untuk mencari tanda:
    1. Sianosis
    2. Clubbing
    3. pursed lip breathing
    4. kesimetrisan pergerakan
    5. retraksi interkosta
    6. deviasi trachea
  10. Dengarkan adanya:
    1. Wheezing
    2. Crackles
    3. Penurunan aliran udara
    4. Silent chest
  1. Lakukan pemeriksaan torak untuk melihat
    1. Pneumothorak
    2. Konsolidasi
    3. Tanda gagal jantung
  1. Jika ada bukti infeksi biasanya disebabkan oleh bakteri pathogen diantaranya:
    1. streptococcus pneumoniae
    2. haemophilus influenzae
    3. moraxella catarrhalis
Circulation
  1. kaji heart rate dan ritme
  2. catat tekanan darah
  3. periksa EKG
  4. lakukan intake output, dan pemeriksaan darah lengkap
  5. lakukan pemasangan IV akses
  6. jika potassium rendah maka berika cairan potassium
  7. lakukan pembatasan cairan
  8. pertimbangkan pemberian heparin subkutan
Disability
  1. kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
  2. penurunan kesadaran menunjukan pasien membutuhkan pertolongan medis dengan segera dan dikirim ke ICU
Exposure
  1. jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik lainnya
kujang

0 komentar:


Posting Komentar untuk "Dislokasi"