Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS


ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS

DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DENGAN GANGREN
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangren kaki diabetik adalah sebagai berikut :
1.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil : – Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
– Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
– Kulit sekitar luka teraba hangat.
– Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
– Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

2.Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.

3.Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil : 1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1.Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3.Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5.Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
6.Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

4.Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
6.Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
7.Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
8.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
9.Gangguan gambaran diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
10.Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

ASKEP DIABETES MELITUS

BAB I
TINJAUAN TEORI DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN

§ Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologist. (Barbara C. Long)
 Diabetes mellitus adalah suatu
§ penyakit kronis yang menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner dan Sudart)
 Diabetes
§ mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.(WHO).
 Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang
§ timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. (Suyono, 2002).


B. ETIOLOGI
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
a. Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang memperlihatkan angka 1, 96 %.
b.Faktor non genetik
1.) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
2.) Nutrisi
a.)Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.)Malnutrisi protein
c.)Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3.)Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4.)Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

C. KLASIFIKASI

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
a. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM)
Dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM)
Dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
1.)Non obesitas
2.)Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
c. Diabetes mellitus type lain
1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3.) Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.


D. PATOFISIOLOGI

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
(1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
(2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
(3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam


E. MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostic WHO diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemerisaan :
a. Glukosa plasma sewaktu >200mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukoda plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sample yang diambil 2 jm kemudian sesugah mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) >200mg/dl)

G. PENATALAKSANAAN

Untuk penatalaksanaannya perlu memperhatikan 4 pilar utama yaitu:
1. Penyuluhan
Penyuluhan ditujukan pada penderita DM, keluarga , pendamping / orang yang merawat penderita sehari-hari. Penyuluhan bagi pasien DM tidak hanya dilakukan oleh dokter yang menghimbau tetapi juga oleh segenap jajaran yang terkait seperti perawat penyuluh, ahli gizi,pekerjaan sosial.
Disadari penyuluhan pada lansia tidak mudah apalagi bagi penderita yang suda hada gangguan pendengaran, kesukaran bicara, demensia, aktivitas fisik sudah Sangay menurun. Penyuluhan dapat diberikan individu atau dalam grup-grup Cecil sehingga lebih efektif.
2. Perencanaan Makan
Perencanaan makan pada lansia dikaitkan dengan tujuan mencapai berat badan ideal basal metabolismo index antara 22-25 pada laki-laki dan 18-24 pada wanita termasuk diet bila komplikasi-komplikasi sudah ada, pemberian serat yang cukup 23-25 gram perhari, pemberian vitamin dan mineral yang cukup.
Makanan terbagi dalam 3 porsi : makan besar pagi 20%, siang 30% dan sore 25% ditambah makan ringan total 10-15%.
Komposisi makanan seimbang yang dianjurkan yaitu karbohidrat 60-70%, protein 10-15% dan lemak 20-25%. Jumlah kalori tentu disesuaikan yaitu kebutuhan basal 24-35 kalori / KGB ditambah aktivitas penderita 10-30 % dari kalori basal.
3. Latihan Jasmani
Manfaat latihan jasmani pada lansia:
• Dapat meningkatkan sensitivitas insulin
• Memperbaiki kesegaran kardiovascular
• Memperkuat otot dan tulang
• Mengurangi obesitas
• Memperbaiki kadar gula darah
• Mengurangi kebutuhan obat
• Memperbaiki problem psikososial
4. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Saat ini dikenal obat OHO yaitu:
• Golongan sulphoniluria (generasi 1,2,3) misalnya Daonil,Diamicron Amaryl
• Golongan biguanid, misalnya glucophage
• Golongan alphaglukosidase inhibitor misalnya Glucobay
• Thiazolidiones ,pioglitazone (Actos), rosiglitazone (Avandia)
• Glinid repaglinid, misalnya Novonorm
• Incretin/penghambat enzim DPP-4, sitagliptin (Januvia), vidagliptin (Galvus)

H. KOMPLIKASI
a. Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
b. Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetic nefropati diabetic.
3.) Neuropati diabetic

BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien
• Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
• Aktivitas/ Istirahat
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
• Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
• Integritas Ego
Stress, ansietas
• Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
• Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
• Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.
• Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
• Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
• Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

B. DIAGNOSA

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volune cairan aktif
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (adanya ulkus)
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
5. Resiko injury dengan factor resiko infeksi mikroorganisme
6. Kurang pengetahuan berhubungan gengan keterbatasan paparan

C. PERENCANAAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
NOC :
 Nutritional status : Food and fluid intake
§
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi
 Nutritional status : Weight control
§
- BB ideal sesuai dengan tinggi badan
- Tidak terjadi penurunan BB yang berarti

NIC :
 Nutrition Management
§
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk penberian diit
- Kaji adanya alergi makanan
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Nutrition Monitoring
§
- Monitor adanya penurunan BB
- Monitor lingkungan selama makan
- Monitor mual muntah
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volune cairan aktif
NOC :
 Fluid balance
§
- Mampu mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB
- Hematokrit dbn
- TD, Nadi, Suhu tubuh dbn
 Status Hydration
§
- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
- Elastisitas turgor kulit baik
- Membrab mukosa lembab
- Tak ada rasa haus yang berlebihan
NIC :
 Fluid Management
§
- Monitor vital sign
- Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik)
- Kolaborasi pemberian cairan Intra Vena
- Dorong masukan oral

3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (adanya ulkus)
NOC :
 Tisue Integrity : Skin and Muccous Membrane
§
- Mampu mempertahankan integritas kulit yang baik (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, dan pigmentasi kulit)
- Tidak ada luka maupun lesi pada kulit maupun jaringan
- Perfusi jaringan baik
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit
NIC :
 Pressure Management
§
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Monitor kulit adanya kemerahan
- Monitor aktivitas dan mobilisasai pasien

4. Resiko infeksi dengan faktor resiko destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
NOC :
 Risk Control :
§
- Monitor intensitas cemas
- Mengetahui faktor resiko
- Memonitor perubahan status kesehatan
 Knowledge :Infection Control
§
- Mendiskripsikan cara penularan/ penyebaran infeksi
- Mendiskripsikan faktor penyebab infeksi
- Mendiskripsikan tindakan untuk mengurangi/ mencegah infeksi
- Mendiskripsikan tanda dan gejala infeksi
NIC :
 Infection Protection
§
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Monitor sifat mudah luka dari infeksi
- Monitor nilai WBC
 Control Infection
§
- Observasi dan laporkan tanda gan geja infeksi (RKTDF)
- Catat dan laporkan nilai Laboratorium
- Istirahat yang adekuat
- Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
- Gunakan teknik aseptic steril selama tindakan perawatan luka
- Latih pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi

5. Resiko injuri dengan factor resiko infeksi mikroorganisme
NOC :
 Risk Control
§
- Pasien tebebas dari cedera
- Mampu menjelaskan cara/ metode untuk mencegah injury/cedera
- Mampu mengidentifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
- Mempu mengenali perubahan status kesehatan
NIC :
 Environment Management
§
- Sediakan lingkungan yang nyaman untuk pasien
- Identifikasi kebutuhan kemanan pasien sesuai dengan koordinasi fisik dan fungsi kognitif
- Mmberikan penerangan yang cukup
- Menganjurkan keluarga menemani pasien
- Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
- Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
-
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan informasi
NOC :
 Knowledge : Disease Process
§
- Menggambarkan proses penyakit
- Menggambarkan proses penyakit
- Menggambarkan faktor pemberat
NIC :
 Teaching :Disease Process
§
- Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya
- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan gating ( rencana diit dan penggunaan makanan tinggi serat )
- Diskusikan pentingnya melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan pasien maupun keluarga












D. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.

E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan
tercapai:
1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

F. DOKUMENTASI
Mendokumentasikan semua hal yang telah dikerjakan merupakan hal sangat pemting untuk pertanggungjawaban dan tanggung gugat.
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Identitas pelaksana pengkajian :
1. Dwi Utaminingsih 1710781
2. Dwi Wahyuni 1710782
3. Dwi Winanti 1710783
4. Eli Masruroh 1710785
5. Florentina Widyaningsih 1710794
Hari/ Tanggal pengkajian : Senin - Rabu, 6 - 8 April 2009
Jam pengkajian : 09.00 WIB
Sumber data : Pasien, Keluarga pasien, dan Rekam medis

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. “S”
No. RM : 515023
Diagnosa medis : Diabetes Melitus Type II
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Bantar Wetan, Bangun Cipto, Sentolo, Kulon Progo
Tanggal Masuk : Minggu, 5 April 2009

Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. “L”
Umur : 47 tahun
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Bantar Wetan, Bangun Cipto, Sentolo, Kulon Progo

II. Status Kesehatan

1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadar. Keluarga mengatakan bahwa pasien ada riwayat penyakit DM. Keluarga mengatakan bahwa ketika di rumah pada tanggal 5 April 2009 pasien tidak minum obat insulin yang diberikan dokter karena telah minum jamu DM dari Klaten.
2. Riwayat penyakit sekarang (di bangsal)
Keadaan umum pasien lemah, kesadaram compos metis, riwayat Penyakit DM (terdapat ulkus pedis dekstra)
3. Riwayat penyakit dahulu
Sejak tahun 1998 pasien diketahui menderita penyakit DM.
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit DM dan penyakit yang lain

Genogram :


Keterangan genogram :

: laki-laki
: perempuan
: penderita DM (pasien)

: garis pernikahan
: garis keturunan (anak)
: tinggal serumah










III. Basic Promoting Physiology of Health

5. Pola Aktifitas dan Latihan
Pada aktifitas makan pasien dapat mandiri, namun pada aktifitas mandi, toileting, berpakaian, dan mobilisasi berpindah pasien memerlukan bantuan dari orang lain.
Secara subyektif pasien mengatakan “Badan saya sekarang rasanya lemes “
Keadaan umum : lemah
6. Pola Istirahat dan Tidur
 Lama tidur malam : 5-7 jam/hari
§
 Tidur siang
§ : jarang (± 1 jam)
 Keluhan tidur di RS : tidak ada
§
 Pengantar tidur
§ : doa
7. Keamanan dan Kenyamanan
Pasien menyatakan “Tidak ada rasa nyeri di kaki kanan saya yang sakit”.
Tidak ada gangguan rasa aman nyaman pada pasien.
8. Nutrisi
 Frekuensi makan
§ : 3x/hari
 Berat Badan / Tinggi badan : 55 kg / 154 cm
§
 BB dalam 1 bulan terakhir : mengalami penurunan sebesar 1 kg
§
 Jenis makanan
§ : bubur
 Nafsu makan
§ : Pasien mengatakan mual dan tidak mengatakan “Selama masuk RS saya tidak nafsu makan”
 Diit rumah sakit
§ : Tim DM TP
9. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Frekuansi minum : 5 kali/hari
Jenis : air putih, teh tawar
Jumlah : ± 2 liter/hari
Turgor kulit : baik
Support IV line : ya (di ekstremitas atas dekstra)
Jenis : NaCl
Dosis : 20 tpm
10. Kebutuhan Oksigenasi
 Sesak nafas
§ : tidak
 Batuk
§ : tidak
 Sputum
§ : tidak
 Nyeri dada
§ : tidak
 Riwayat merokok : tidak
§
11. Kebutuhan Eliminasi Bowel
 Frekuensi
§ : 1x/hr
 Warna
§ : kekuningan
 Bau
§ : khas feses
 Jumlah
§ : ± 200cc/hr
 Konsistensi
§ : lembek
 Gangguan eliminasi bowel
§ : tidak ada
 Kebutuhan eliminasi ADL bowel : dengan bantuan orang lain
§
12. Kebutuhan Eliminasi Urin
Warna : kuning jernih, tidak ada darah
Jumlah : ± 450cc/hr
- Pasien mengeluh haus
- Pasien mengatakan: “Sejak saya di rumah sakit, saya baru 1 kali buang air kecil”

13. Sensori, Persepsi, dan Kognitif
Bagian penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan tidak mengalami masalah maupun gangguan.
Pasien mengatakan : “Bagian kaki saya yang luka ini tidak terasa sakit”. Tidak ada sensasi taktil (rangsangan nyeri) di sekitar luka ulkus pedis.
14. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pola seksualitas mupun reproduksi pasien tidak mengalami gangguan.
15. Sistem Nilai dan Keyakinan
 Persepsi klien terhadap penyakitnya
§
Klien dapat menerima penyakit yang dideritanya
 Aspek spiritual dan dukungan sosial
§
Klien masih tetap menjalankan ibadahnya walau dalam keadaan sakit
 Dukungan kelurga terhadap klien
§
Keluarga memberi dukungan penuh pada klien

III. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
 Bentuk cefalo caudal
§
 Keluhan yang berhubungan tidak ada
§
 Tidak ada massa maupun nyeri tekan
§
2. Mata
 Warna kulit sama dengan warna kulit di sekitarnya
§
 Pupil
§ : isokor
 Reaksi cahaya : kanan (+) ; kiri (+)
§
 Konjungtiva : tidak anemis
§
 Sklera
§ : putih bersih
 Iris
§ : Hitam
 Tidak ada masa, lesi, maupun nyeri tekan
§
3. Telinga
 Warna kulit telinga sama dengan warna kulit sekitarnya
§
 Tidak ada masa, tidak ada lesi maupun nyeri tekan
§
 Fungsi pendengaran tidak mengalami gangguan
§
4. Hidung
 Alergi
§ : tidak ada
 Sinus
§ : tidak ada massa maupun nyeri tekan
 Perdarahan : tidak ada
§
5. Leher
 Warna kulit leher sanma dengan warna kulit sekitarnya
§
 Tidak ada masa maupun lesi
§
 Tidak ada pembesaran tiroid maupun kelenjar limfe
§
 Gerakan mobilitas leher terkoordinasi dan tanpa gangguan
§
6. Mulut dan Tenggorokan
 Warna bibir : pucat
§
 Bentuk bibir : simetris antara atas dan bawah, tidak labioskisis
§
 Gigi bersih, tidak ada caries
§
 Palatum : tidak ada palatoskisis
§
 Lidah bersih, letak simetris di tengah
§
 Tidak ada pembesaran tonsil
§
 Tidak ada kesulitan maupun gangguan bicara dan menelan
§
7. Dada
 Warna kulit dama dengan daerah sekitar
§
 Tidak ada massa, tidak ada lessi
§
 Bentuk dada simetris (anterior – posterior : transversal = 1 : 2 )
§
 Tipe pernafasan
§ : torako abdominal
 Uji taktil fremitus
§ : vibrasi antara dada kanan dan kiri sama
8. Pernafasan
 Suara paru : vesikuler
§
 Pola nafas : regular
§
 Batuk
§ : tidak
9. Abdomen
 Warna kulit perut sama dengan daerah sekitar
§
 Tidak ada massa, tidak ada lesi
§
 Palpasi : tidak ada distensi
§
 Perkusi : suara abdomen timpani
§
 Peristaltik : 11x/menit
§
 Secara subyektif pasien mengatakan “ Saya merasa mual dan tidak nafsu makan sej
§ak masuk RS ini”.
10. Anus dan Rektum
Tidak ada hemoroid.
11. Genetalia
Tidak terpaang DC, tidak mengalami masalah.
12. Ekstremitas
 Atas
§ : tidak lemah, jari utuh, keadaan bersih
 Bawah : terdapat ulkus pedis dekstra di telapak kaki ( d = 3,5cm )
§
13. Kulit
 Warna
§ : sawo matang
 Integritas : terdapat kemerahan, udema, dan pus di luka ulkus pedis dekstra (d = 3,5 cm)
§
 Turgor kulit : baik
§
14. Neurosis
 Tingkat kesadaran
§ : Compos Metis (CM)
 Nilai GCS
§ : Eye = 4; Verbal = 5; Motorik =6
 Disorientasi
§ : tidak ada
 Tingkah laku menyimpang : tidak ada
§
 Reflek
§ : tidak ada gangguan

IV. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Laboratorium
a. Hematologi

Tanggal : 5 – 04 – 09 08 : 57 : 31 am

Result Unit Normal Range
WBC 15.0 103/µL 4.8 – 10.8
RBC 3.25 106/µL 4.2 – 5.4
HGB 9.2 9/dL 12 - 16
HCT 26.3 % 37 – 47
MCV 80.9 fL 79 – 49
MCH 28.3 fL 27 – 31
MCHC 35.0 89 33 – 37
PLT 545 103/µL 150 – 450
RDW 40.7 fL 11.5 – 14.5
PDW 9.3 fL 9 – 13
MPV 7.7 fL 7.2 – 11.1
P-LCR 9.5 % 15 - 25
Differential
LYM% 11.3 % 19 – 48
MXD% 7.9 % 0 – 8
NEUT% 80.8 % 40 – 74
LYM# 1.7 103/µL 1 – 3.7
MXD# 1.2 103/µL 1 – 1.2
NEUT# 12.1 103/µL 1.5 - 7


b. Virologi dan Elektrolit
Tanggal: 05 – 04 – 09

Parameter Hasil Satuan Normal
Na
K
Cl 135
4.3
9.6 m mol/L
m mol/L
m mol/L 135 – 155 m mol/L
3.6 – 5 m mol/L
9.5 – 10.8 m mol/L


c. Gula Darah
 Patient ID : 4117
§ Sex : Female
Ny. Sutini Sample type : Serum
Tanggal : 05 – 04 -09
Test Result Unit Normal
Creatinine
Urea
Glucose (puasa) 0.88
7.5
170 mg/dL 0.5 – 11 mg/dL
10 – 50 mg/dL
72 – 180 mg/dL

 Patient ID : 4118
§ Sex : Female
Ny. Sutini Sample type : Serum
Tanggal : 05 – 04 -09
Test Result Unit Normal
Glucose (puasa) 272 mg/dL 72 - 180 mg/dL

 Patient ID : 4121
§ Sex : Female
Ny. Sutini Sample type : Serum
Tanggal : 05 – 04 -09
Test Result Unit Normal
Glucose (puasa) 272 mg/dL 72 - 180 mg/dL


 Patient ID : 4219
§ Sex : Female
Ny. Sutini Sample type : Serum
Tanggal : 05 – 04 -09
Test Result Unit Normal
Glucose (puasa) 131 mg/dL 72 - 180 mg/dL

 Patient ID : 4121
§ Sex : Female
Ny. Sutini Sample type : Serum
Tanggal : 05 – 04 -09
Test Result Unit Normal
Glucose (puasa) 236 mg/dL 72 - 180 mg/dL




2. Hasil EKG
Tanggal 8 April 2009 Time : 19.09
Interpretation :
Sinus tachycardia
Incomplete right bundle branch block
Non specific T wave abnormality
Abnormality ECG

B. ANALISA DATA

No. Symtom Etiologi Problem
1.








2.














3.







4.










5.



DS :
- Pasien mengatakan: “ Badan saya terasa lemas”
- Pasien mengatakan: “ Saya tidak nafsu makan dan mual”
DO :
- KU : lemah
- BB = 55 kg ; TB = 154 cm

DS :
- Pasien mengeluh haus
- Pasien mengatakan: “Sejak saya di rumah sakit, saya baru 1 kali buang air kecil”
DO :
- KU : lemah
- Nadi : 128 x/menit, lemah
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- HCT : 26.3
- Warna urine : kuning jernih, tidak ada darah
- Jumlah urin : ± 450cc/hr

DS :
-
DO :
- Terdapat ulkus pedis dekstra ( bag. telapak kaki
- Ulkus berlubang dengan diameter = ± 3,5 cm )

DS :
-
DO:
- Terdapat edema ulkus pedis dekstra ( bag. telapak kaki
- Ulkus berlubang dengan diameter = ± 3,5 cm
- Terdapat pus dan darah di luka ulkus DM
- AL/WBC = 15.000 /µL

DS :
- Pasien mengungkapkan minum jamu DM dari Klaten
- Pasien mengatakan tidak minum obat insulin dari dokter karena sudah minum jamu
- Pasien mengatakan setelah minum jamu DM beberapa saat kemudian tidak sadarkan diri
DO :
-
Tidak mampu mengabsorbsi makanan karena faktor biologi





Kehilangan volume cairan aktif












Faktor mekanik (adanya ulkus)






Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen






Keterbatasan paparan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh






Kekurangan volume cairan













Kerusakan integritas jaringan






Resiko infeksi










Kurang pengetahuan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu mengabsorbsi makanan karena faktor biologi ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengatakan: “ Badan saya terasa lemas”
- Pasien mengatakan: “ Saya tidak nafsu makan dan mual”
DO :
- KU : lemah
- BB = 55 kg ; TB = 154 cm


2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volune cairan aktif ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengeluh haus
- Pasien mengatakan: “Sejak saya di rumah sakit, saya baru 1 kali buang air kecil”
DO :
- KU : lemah
- Nadi : 128 x/menit, lemah
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- HCT : 26.3
- Warna urine : kuning jernih, tidak ada darah
- Jumlah urinr : ± 450cc/hr

3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (adanya ulkus)
DS :
-
DO :
- Terdapat ulkus pedis dekstra ( bag. telapak kaki
- Ulkus berlubang dengan diameter = ± 3,5 cm )

4. Resiko infeksi dengan faktor resiko destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen ditandai dengan :
DS :
-
DO:
- Terdapat edema ulkus pedis dekstra ( bag. telapak kaki
- Ulkus berlubang dengan diameter = ± 3,5 cm
- Terdapat pus dan darah di luka ulkus DM
- AL/WBC = 15.000 /µL


5. Kurang pengetahuan berhubungan gengan keterbatasan paparan ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengungkapkan minum jamu DM dari Klaten
- Pasien mengatakan tidak minum obat insulin dari dokter karena sudah minum jamu
- Pasien mengatakan setelah minum jamu DM beberapa saat kemudian tidak sadarkan diri
DO :
-
D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volune cairan aktif
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (adanya ulkus)
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
5. Kurang pengetahuan berhubungan gengan keterbatasan paparan
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002.
http://www.harnawatiaj.wordpress.com/
http://www.id.wordpress.com/
http://www.medicastrore.com/
Johnson. M., Maas. M., Moorhoed. S, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), Mosby, Philadelphia.
MC. Closky J., Bulaceck G, 2000, Nursing Intervention Classification (NIC),. Mosby, Philadelphia.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin Asih, Jakarta : EGC, 2002.

Posting Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS"