Makalah Asuhan Keperawatan Reumatik
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.
S DENGAN
REUMATIK (ARTRITIS TREUMATOID)
BAB I
PENDAHULUAN
Perubahan
– perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya
usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada
semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua
sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan
timbulnya beberapa golongan reumatik. Salah satu golongan penyakit reumatik
yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal
terutama adalah osteoartritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat
sejalan dengan meningkatnya usia manusia. Reumatik dapat mengakibatkan
perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang
menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot.
Dengan
meningkatnya usia menjadi tua fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia
lanjut tidak selalu mengalami atau menderita reumatik. Bagaimana timbulnya
kejadian reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti.
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu sindrom
dan.golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup
banyak, namun semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan
para ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan
dan/atau tanda.
Dari
kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem muskuloskeletal
yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta adanya tiga tanda utama
yaitu: pembengkakan sendi., kelemahan otot, dan gangguan gerak. (Soenarto,
1982) Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak – kanak sampai usia
lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan reumatik akan
meningkat dengan meningkatnya umur. (Felson, 1993, Soenarto dan Wardoyo, 1994)
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A.
DEFINISI
Istilah rheumatism
berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan yang
dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh sehingga
menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai
kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik termasuk
penyakit jaringan ikat.
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat
sendi secara simetris. (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal.
165).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit
ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat
juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
B.
ETIOLOGI
Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid,
yaitu:
1. Autoimmun
2. infeksi
3. Faktor
genetik
Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor
infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau
grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita.
C.
MANIFESTASI
KLINIS
Ada
beberapa manifestasi klinis yang lazim di temukan pada seseorang dengan Artritis
rematoid. Manifestasi
klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada awal yang bersamaan karena
penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi, diantaranya
yaitu :
·
Gejala-gejala konstitusional misalnya
lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan
dapat demikian hebatnya.
·
Poliartritis simetris (peradangan
sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk
sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara
jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat
digerakan dengan bebas) dapat terserang.
·
Kekakuan di pagi hari selama lebih
dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan
ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan
sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang
dari 1 jam.
·
Arthritis erosive merupakan
merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi
yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang.
·
Deformitas kerusakan
dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau
deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas
boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat
terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan
gerakan ekstensi.
·
Nodul-nodul rheumatoid adalah massa
subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik.
Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi
siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian
tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan
lebih berat.
·
Manifestasi ekstra-artikular (diluar
sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti
mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan sindrom SjÖgren, sistem
cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi
inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan
katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena
embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.
D.
PATOFISIOLOGI
Pada
arthritis rheumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan synovial.
Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut
akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane synovial dan
akhirnya membentuk pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang
akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan
mengalami perubahan degerstif dengan menghilangnya elastisiitas otot dan
kekuatan kontraksi otot.
E.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli-
arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan
kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul
subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
Kriteria
Artritis rematoid menurut American Reumatism Association (ARA) adalah:
1. Kekakuan
sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
2. Nyeri pada
pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
3. Pembengkakan
(oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu sendi
secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan
pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan
sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul
subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran
foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji
aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan
cairan musin yang jelek
10. Perubahan
karakteristik histologik lapisan sinovia
11. gambaran
histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan
kriteria ini maka disebut :
·
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu
·
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
·
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 4 minggu.
F.
PENATALAKSANAAN/PERAWATAN
Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka
tidak ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini
harus benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan
yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresivitas
penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah
sebagai berikut :
·
Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
·
Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita
·
Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada
sendi
·
Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang
lain.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah
pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan yang
cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang
berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian,
patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan
(prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk
regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini
dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.
Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
b.
Istirahat
Merupakan
hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun
rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu
seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa
istirahat.
c.
Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan
spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua
kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai
latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan
suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini
paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan
khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan
dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya
penyakit.
d.
Diet/ Gizi
Penderita
Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan
variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya.
Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
e.
Obat-obatan
Pemberian
obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit
reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan
dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Penanganan
medis dimulai dengan pemberian salisilat NSAID dalam dosis terapeutik. Kelompok
obat ini mengurangi peradangan dengan menghalangi proses produksi mediator
peradangan. Tepatnya, obat-obat ini menghambat sintetase prostaglandin atau
siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu
asam arakidonatmenjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan
radikal-radikal oksigen. Obat standar yang sudah dipakai sejak lama dalam
kelompok ini adalah aspirin dan piroksikam.
Aspirin (analgetik antipiretik) PO
(Dewasa) : 325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan (tidak lebih dari 4
g/hari). Aspirin (antiinflamasi) PO
(Dewasa) : 2,6 – 6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
Piroksikam PO (Dewasa) : 20 mg/hari dapat
diberikan sebagai dosis tunggal atau dalam 2 dosis terbagi dengan sediaan kapsul
: 10 mg, 20 mg supositoria : 10 mg,
20 mg.
Bagi
arthritis reumathoid erosif moderat suatu program formal dengan terapi okupasi
dan fisioterapi. Bagi arthritis reumathoid erosive persisten bedah rekonstruksi
dan terapi kortikosteroid seringkali diresepkan. Bagi arthritis rheumatoid yang
lanjut dan tidak pernah sembuh, obat-obat imunosupresi diresepkan mengingat
kemampuannya untuk mempengaruhi produksi antibody pada tingkat seluler.
Obat-obat ini mencakup preparat metotreksat dosis tinggi, siklofosfamid dan
azatioprin.
II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
Data dasar
pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya.
1. Aktivitas/
istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan,
memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan
rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2.
Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/
kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal).
3.
Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/kronis: mis;
finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan
dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).
Ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang
lain).
4.
Makanan/ cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk
menghasilkan/mengkonsumsi makanan/cairan adekuat: mual, anoreksia, kesulitan
untuk mengunyah.
Tanda :
Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5.
Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan
aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan
6.
Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki,
hilangnya sensasi pada jari tangan, pembengkakan sendi simetris
7.
Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak
disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi).
8.
Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul
subkutaneus, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap, Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap, Kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9.
Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan
keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
10. Penyuluhan/
pembelajaran
Gajala : Riwayat AR pada keluarga (pada
awitan remaja)
Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian.
Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d penurunan fungsi tulang, proses inflamasi
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal
3. Gangguan citra
tubuh b/d perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum
4. Kurang
pengetahuan b/d kurangnya daya mengingat dan kesalahan interpretasi informasi.
5. Kurang
perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, nyeri pada
waktu bergerak.
C.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
1.
Nyeri b/d penurunan
fungsi tulang, proses inflamasi
Hasil yang
diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
e Terlihat
rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan
e Menunjukkan
nyeri hilang/terkontrol
e Mengikuti
program farmakologis yang diresepkan
e Menggabungkan
keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi
dan Rasional
e Selidiki
keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
R/
Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program
e Berikan
matras/kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
kebutuhan
R/
Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
e Tempatkan/pantau
penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace
R/
Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada
sendi
e Dorong untuk
sering mengubah posisi. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang
sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak
R/
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
e Anjurkan
pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau
pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
R/
Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan
e Berikan
masase yang lembut
R/
meningkatkan relaksasi/mengurangi nyeri
e Dorong
penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan
terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan
pengendalian napas.
R/
Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan
kemampuan koping)
e Libatkan
dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
R/
Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa
percaya diri dan perasaan sehat
e Beri obat
sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
R/
Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme, memudahkan untuk ikut
serta dalam terapi
e Kolaborasi:
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
R/
sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
e Berikan es
kompres dingin jika dibutuhkan
R/
Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut
2.
Kerusakan mobilitas fisik
b/d deformitas skeletal
Hasil yang
dihapkan/kriteria evaluasi pasien akan :
e Mempertahankan
fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktur.
e Mempertahankan
ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian
tubuh.
e Mendemonstrasikan
tehnik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional
e Evaluasi/lanjutkan
pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi
R/ Tingkat
aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan/resolusi dari peoses inflamasi
e Pertahankan
istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan
periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu
R/ Istirahat
sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang
penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan
e Bantu dengan
rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika
memungkinkan
R/
Mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas
yang berlebihan dapat merusak sendi
e Ubah posisi
dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/bantu tehnik
pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
R/
Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah
perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat
mencegah robekan abrasi kulit
e Posisikan
dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
R/
Meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan memerptahankan posisi
sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor
e Gunakan
bantal kecil/tipis di bawah leher.
R/ Mencegah
fleksi leher
e Dorong
pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan
R/
Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
e Berikan
lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga
pada toilet, penggunaan kursi roda.
R/
Menghindari cidera akibat kecelakaan/jatuh
e Kolaborasi:
konsul dengan fisoterapi.
R/ Berguna
dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada
kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat
e Kolaborasi:
Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
R/
Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko
imobilitas
e Kolaborasi:
berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
R/ Mungkin
dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut
3.
Gangguan citra tubuh/perubahan penampilan peran b/d perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum
Hasil yang
dihapkan/kriteria evaluasi pasien akan :
e Mengungkapkan
peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
e Menyusun
rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional
e Dorong
pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
R/ Berikan
kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan menghadapinya
secara langsung
e Diskeusikan
arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana
pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk
aspek-aspek seksual.
R/ Mengidentifikasi
bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain
akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut
e Diskusikan
persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.
R/ Isyarat
verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya sendiri
e Akui dan
terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
R/ Nyeri
konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi
e Perhatikan
perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan
perubahan.
R/ Dapat
menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi
lebih lanjut
e Susun
batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku
positif yang dapat membantu koping
R/ Membantu
pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan
harga diri
e Ikut
sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
R/ Meningkatkan
perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam
terapi
e Bantu dalam
kebutuhan perawatan yang diperlukan
R/
Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri
e Berikan
bantuan positif bila perlu.
R/
Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan
perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri
e Kolaborasi:
Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog.
R/
Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan
proses jangka panjang/ketidakmampuan
e Kolaborasi:
Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan
peningkat alam perasaan.
R/ Mungkin
dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan
kemapuan koping yang lebih efektif
4.
Kurang pengetahuan b/d kurangnya daya mengingat dan kesalahan
interpretasi informasi.
Hasil yang
dihapkan/kriteria evaluasi pasien akan :
e Menunjukkan pemahaman tentang
kondisi/prognosis, perawatan.
e Mengembangkan rencana untuk perawatan diri,
termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau
pembatasan aktivitas.
Intervensi
dan Rasional
e Tinjau proses penyakit, prognosis, dan
harapan masa depan
R/
Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan
informasi
e Diskusikan kebiasaan pasien dalam
penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet
seimbang, latihan dan istirahat.
R/ Tujuan
kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas
e Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas
terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian
obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres.
R/
Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses
penyakit kronis kompleks
e Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen
farmakoterapeutik.
R/
Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis
e Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan,
susu, atau antasida pada waktu tidur.
R/ Membatasi
irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan mengurangi
kekakuan di pagi hari
e Identifikasi efek samping obat-obatan yang
merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
R/
Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak.
Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi
e Tekankan pentingnya membaca label produk dan
mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
R/ Banyak
produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar
layak obat/ efek samping yang berbahaya
e Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan
makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi.
R/
Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan
e Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat
badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
R/
Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul,
lutut, pergelangan kaki, telapak kaki
e Berikan informasi mengenai alat bantu
R/
Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut
serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan
e Diskusikan tekinik menghemat energi, mis:
duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi
R/ Mencegah
kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian
e Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar
baik pada sat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga
agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang
ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan
bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.
R/ mekanika
tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi
tekanan sendi dan nyeri.
e Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit
dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian
bantalan yang tepat.
R/
mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit
e Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/pemeriksaan
laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT.
R/ Terapi
obat obatan membutuhkan pengkajian/perbaikan yang terus menerus untuk menjamin
efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.
e Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan
e R/ Informasi mengenai posisi-posisi yang
berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat
meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.
e Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan
arthritis ( bila ada).
R/ bantuan/
dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal.
5.
Kurang perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, nyeri pada waktu bergerak.
Hasil yang
diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :
e Melaksanakan
aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan
individual.
e Mendemonstrasikan
perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
e Mengidentifikasi
sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional
e Diskusikan
tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/eksaserbasi penyakit dan
potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
R/ Mungkin
dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada
keterbatasan saat ini.
e Pertakhankan
mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung
kemandirian fisik/emosional)
e Kaji
hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi/rencana untuk
modifikasi lingkungan.
R/
Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri
e Kolaborasi:
Konsul dengan ahli terapi okupasi.
R/ Berguna
untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang
kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran
e Kolaborasi:
Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
R/
Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan
aktual
e Kolaborasi :
atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli
nutrisi.
R/ Mungkin
membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah
PENYIMPANGAN KDM ARTRITIS REUMATOID
Infeksi, autoimun dan genetic
Artritis Reumatoid
Antigen
mengaktifkan monosit & limfosit T
Antibody immunoglobulin membentuk kompleks
imun dengan antigen
Fagositosis
kompleks imun
Menghasilkan
leukotrien & prostaglandin
Menghasilkan enzim kalogenase Tindakan pengobatan
Pemecahan kalogen Faktor usia
Edema, proliferasi membrane
synovial Kurangnya daya megingat
Pembentukan panus
Kesalahan interpretasi informasi
Kurang
pengetahuan
|
Merangsang
nosiseptor Deformitas tulang
Kerusakan
mobilitas fisik
|
Korteks
cerebri Penurunan kekuatan
Nyeri
dipersepsikan Nyeri saat bergerak
Penurunan
aktivitas
Nyeri
|
Kurang
perawatan diri
|
Perubahan kemampuan
Untuk melaksanakan
Gangguan
citra tubuh
|
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I.
DATA DASAR
A.
DEMOGRAFI
e Identitas
Klien Pendidikan : SMA
Nama : Ny. S Agama : Islam
Usia : 60 Th Status
Perkawinan : Janda
JK : Perempuan Pekerjaan :
Tidak ada
Diagnosa
Medis : Rematik (Arthritis Reumathoid)
Tgl masuk RS
: Senin, 7 Desember 2009
e Identitas
Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Hubungan
dengan klien : Anak
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Bunga Laverder No. 21 kendari
B.
RIWAYAT PENYAKIT
e Riwayat
Penyakit Sekarang
[ Keluhan
Utama : Nenek S mengatakan bahwa kaki
kanan dan kirinya sering sakit dan dahulu pernah bengkak dari lutut sampai
bagian betis.
[ Alasan Masuk
RS : sakit yang dirasakannya
lebih sering timbul, biasa pada pagi hari.
[ Analisa
Simptom
P :
Provocative/Palliative
Apa
Penyebabnya : klien mengatakan bahwa pernah dibawa ke praktek dokter dan
sakitnya itu asam urat.
Hal-hal yang
memperbaiki keadaannya : dengan berobat ke dokter dan memakai ramuan daun ubi,
pala, jahe kemudian di tumbuk dan airnya disapukan pada kaki yang bengkak dan
terlihat memang kemps tapi tetap terasa sakit
Q :
Quantity/Quality
Bagaimana dirasakan
: Nenek S. mengatakan kaki kanan dan kiri terasa sakit apalagi dibawa berjalan
skala : 4 – 6.
Bagaimana di
lihat : Nenek S. memijat-mijat kakinya dan wajahnya terlihat meringis.
R :
Region
Dimana
reaksinya: pada bagian kedua kaki yaitu kanan dan kiri
Apakah
menyebar : Nenek S. mengatakan sakitnya menyebar ke paha.
S :
Severity (mengganggu aktivitas)
Nenek
S. mengatakan sakitnya sangat mengganggu aktivitas karena pernah, membuat klien tidak bisa berjalan (pernah bengkak). Bila sakit
ini klien tidak mempunyai aktivitas yang rutin karena
keadaan kakinya yang tidak bisa dibawa berjalan jauh.
T : T ime (kapan mulai timbul dan
bagaimana terjadinya)
Klien mengatakan sakitnya sejak 4 tahun ½
terakhir ini, dan pernah kedua kakinya bengkak sehingga membuat tidak bisa berjalan selama
5 bulan pada tahun 2008
e Riwayat
Penyakit Dahulu
[ Penyakit Yang Pernah Dialami
Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di RS karena
tidak pernah mengalami penyakit yang parah sebelumnya, paling hanya sakit
ringan seperti batuk ringan, flu dan demam.
[ Pengobatan /Tindakan Yang Dilakukan
Klien mengatakan bila sakit hanya mengkonsumsi obat-obatan warung dan
kebetulan cocok (biasanya 2 – 3 hari sembuh)
[ Pernah Dirawat/Dioperasi
Klien mengatakan tidak pernah rawat inap/operasi. Bila sakit hanya
menggunakan obat-obat warung.
[ Alergi
Klien
mengatakan tidak mempunyai pantangan apapun namun kini pasien dilarang makan
jeroan dan sayur bayam karena penyakitnya.
[ Imunisasi
Klien
mengatakan tidak ingat mengenai status imunisasinya.
e Riwayat
Penyakit Keluarga
[ Orang tua
Klien
mengatakan orang tuanya tidak memiliki penyakit sepertinya.
Klien
mengatakan kakaknya memiliki penyakit rematik seperti dirinya dan telah
meninggal dunia.
[ Penyakit
keturunan tidak ada
[ Anggota
keluarga yang meninggal
Klien
mengatakan kedua orang tuanya, suami dan kakaknya telah meninggal dan kini
klien tinggal bersama anaknya.
[ Penyebab
meninggal
Orang tua
klien meninggal karena usia yang sudah renta, suaminya meninggal karena
kecelakaan dan saudaranya meninggal karena penyakit yang sama dengan dirinya.
|
|
|
|
G1 :
|
60
|
|
G2 :
37
|
G3
:
|
|
: Perempuan : Klien
: Tinggal bersama
II.
KEBUTUHAN
DASAR/POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
A. MAKAN
Sebelum MRS : klien
makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur ikan bila ada.
Setelah MRS : klien memiliki pantangan
makanan seperti jeroan, kerang-kerangan dan sayur bayam
B. MINUM
Sebelum MRS : Minum 2000-2500 cc/hari, jenis air
putih, teh tidak ada minuman pantangan
Setelah MRS
: klien minum ±2500 cc/hari jenis air putih
C. TIDUR
Sebelum MRS : Jarang tidur siang. Tidur malam 6-7 jam. Kesulitan
tidak ada
Setelah MRS
: tidak ada
kesulitan tidur
D. ELIMINASI
FEKAL/BAB
Sebelum MRS : frekwensi 1-2 hari. Warna kuning,
konsisitensi lunak, kesulitan tidak ada.
Setelah MRS
: tidak ada
kesulitan BAB
E. ELIMINASI
URIN/BAK
Sebelum MRS : volume tidak teridentifikasi, warna
kuning jernih 6-7/24 jam kesulitan tidak ada
Setelah MRS
: tidak ada
kesulitan BAK
F. AKTIVITAS
DAN LATIHAN
Sebelum MRS
: klien tidak
memiliki kegiatan rutin yang terjadwal
Setelah MRS
: klien lebih
sedikit melakukan aktivitas karena penyakitnya
G. PERSOANAL
HYGIENE
Sebelum MRS : klien mandi
2x sehari, gosok gigi 2x sehari memotong kuku bila panjang
Setelah MRS : klien jarang
mandi dan membersihkan diri karena klien sering merasa nyeri saat melakukan
aktivitas
III.
RIWAYAT
PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
A. PSIKOLOGI
Ø Pola coping
Klien dapat
menerima keadaan penyakitnya
Ø Konsep diri
ü Bodi image
Klien
mengatakan sekarang cepat lelah saat beraktivitas sehingga kurang percaya diri
ü Peran diri
Klie seorang
janda yang tinggal hanya bersama 1 anaknya yang juga belum menikah
Ø Factor
stressor
Klien tidak
merasa cemas akan penyakitnya
Ø Pengetahuan
klien tentang penyakitnya
Klien tidak
mengetahui sama sekali tentang penyakit yang dideritanya
Ø Harapan
klien tentang penyakitnya
Klien
berharap penyakitnya segera sembuh
B. SOSIAL
Ø Perhatian
terhadap orang lain dan lawan bicara
Klien tampak
perhatian dan menanggapi setiap pertanyaan yang diberikan kepadanya
Ø Hubungan
dengan anggota keluarga
Harmonis,
klien sangat saying terhadap anak lelakinya
Ø Hubungan
dengan masyarakat
Klien cukup
dikenal dilingkungannya dan hubungan dengan masyarakat baik
Ø Aktivitas
social
Klien kurang
aktif di lingkungannya dikarenakan keterbatasan gerak (karena penyakitnya)
Ø Keadaan
lingkungan
Keadaan
lingkungan kurang bersih karena klien jarang menyapu halaman dan anaknya
memiliki aktivitas yang sangat padat di luar rumah
Ø Bahasa yang
sering digunakan
Klien menggunakan
bahasa Indonesia dan terkadang menggunakan bahasa daerah (jawa)
C. SPIRITUAL
Ø Kegiatan
keagamaan/pola ibadah
Klien
beragama islam dan percaya kepada Allah SWT. Klien selalu menjalankan
kewajibannya sebagai umat muslim (shalat 5 waktu).
Ø Keyakinan
akan kesehatan
Klien
kurang mengetahui akan penyakitnya namun klien percaya bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
IV.
PEMERIKSAAN
FISIK
Senin, 7
desember 2009 Jam 09.00 WITA
A. KEADAAN UMUM
klien dalam
kondisi baik namun terlihat kondisi kaki lemah sehingga
perlu bantuak berjalan.
B. TANDA-TANDA
VITAL
TD : 150/90
mmHg R : 24 x/menit
N : 60
x/menit S : 370C
C. HEAD TO TOE
1. Kepala
Bentuk
simetris dan kulit kepala tampak bersih
2. Rambut
Rambut sedah
banyak beruban dan bau keringat
3. Wajah
Warna kulit
hitam dan tampak berkerut karena usia
4. Mata
·
Bentuk :
simetris terhadap wajah
·
Ketajaman penglihatan :
kurang baik sehingga menggunakan alat bantu penglihatan
·
Konjungvita :
tidak anemia
·
Sclera :
tidak ikerus
·
Pupil :
isokor (kanan dan kiri)
·
Pemakaian alat bantu :
klien mengguanakan kacamata baik pada saat membaca ataupun tidak.
5. Hidung
·
Bentuk :
simetris
·
Fungsi penciuman : baik
dapat membedakan bau
·
Perdarahan :
tidak mengalami perdarahan
6. Telinga
·
Bentuk telinga :
simetris kanan dan kiri
·
Lubang telinga :
terdapat serumen tetapi dalam batas normal
·
Ketajaman pendengaran :
kurang mendengar karena sudah tua
7. Mulut dan
faring
·
Keadaan bibir :
bibir klien kering
·
Keadaan gusi dan gigi :
tidak ada perdarahan gusi dan gigi
·
Keadaan lidah :
tidak ada tanda pedarahan
8. Leher
·
Tyroid :
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
·
Suara :
klien mengeluarkan suara jelas
·
Denyut nadi karotis :
teraba
·
Vena jugularis :
teraba
9. Integument
·
Kebersihan klien : klien
tampak bersih
·
Warna :
warna kulit hitam
·
Turgor :
baik, kulit cepat kembali
·
Kelembaban :
kulit sedang (tidak kering) agak keriput
10. Thorax/dada
·
Bentuk thorax :
simetris antara kanan dan kiri
·
Pernapasan :
frekuensi 24 x/menit. Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
·
Tidak ada kesulitan bernapas
11. Paru
·
Palpitasi gerakan suara :
terdengar dan teratur
·
Perkusi :
bunyi resonan
·
Auskultasi :
suara napas teratur
12. Abdomen
·
Bentuk abdomen : simetris
kanan kiri
·
Benjolan :
tidak ada benjolan
·
Tanda nyeri tekan : tidak
ada nyeri tekan
·
Tanda asites :
tidak ada
·
Hepar :
tidak ada pembengkakan
13. Musculoskeletal
·
Kesimetrisan otot :
simetris kanan kiri
·
Pemeriksaan edema : tidak ada edema
·
Kekuatan otot :
kekuatan otot berkurang karena penyakitnya. Klien lebih banyak duduk dan bila
berjalan menggunakan alat bantu berupa tongkat meskipun jalannya masih lambat.
D. PEMERIKSAAN
NEUROLOGIS
1. Tingkat
kesadaran
GCS : 15 E : 6 M : 4 V
: 5
2. Status
mental
·
Kondisi emosi/perasaan : dalam keadaan stabil
·
Orientasi : klien masih dapat berorientasi dengan baik, baik
orientasi orang, watu dan tempat
·
Proses berfikir : ingatan klien agak sedikit menurun terutama
mengenai masalah yang kurang dipahami seperti penjelasan mengenai keadaan
penyakitnya
·
Motivasi : klien berkeinginan agar cepat sembuh
·
Persepsi : klien kurang yakin bahwa penyakitnya dapat sembuh total
·
Bahasa : klien menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa jawa
3. Fungsi
motorik
·
Cara
berjalan : klien dapat membedakan benda tajam dan tumpul
·
Promosi
dengan supinasi test : klien mampu membalikan telapak tangan
4. Fungsi
sensori
·
Test tajam
tumpul : klien dapat membedakan antara tajam dan tumpul
·
Test panas dingin
: klien dapat membedakan antara panas dan dingin
V.
PENGKAJIAN
DATA FOKUS
Data
berfokus pada Sistem Muskuloskeletal
v Inspeksi : terlihat adanya telapak tangan dan
kaki yang kurus dan seolah kehilangan fungsi serta klien tampak meringis karena
nyeri yang dirasakan saat berjalan.
v Palpasi : terdapat penonjolan tulang-tulng
pada ekstremitas atas dan bawah
VI.
PATOFLODIAGRAM
Infeksi,
autoimun dan genetic
Artritis Reumatoid
Antigen
mengaktifkan monosit & limfosit T
Antibody
immunoglobulin membentuk kompleks imun dengan antigen
Fagositosis kompleks imun
Menghasilkan
leukotrien & prostaglandin
Menghasilkan enzim kalogenase Tindakan pengobatan
Pemecahan kalogen Faktor usia
Edema, proliferasi membrane synovial
Kurangnya daya megingat
Pembentukan panus
Kesalahan interpretasi informasi
Kurang
pengetahuan
|
Merangsang
nosiseptor Deformitas tulang
Kerusakan
mobilitas fisik
|
Korteks
cerebri Penurunan kekuatan
Nyeri
dipersepsikan Nyeri saat bergerak
Penurunan
aktivitas
VII.
Nyeri
|
Kurang
perawatan diri
|
VIII.
Perubahan kemampuan
Untuk melaksanakan
Gangguan
citra tubuh
|
VII.
PENATALAKSANAAN
Ø Pendidikan
Pendidikan
yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit),
penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber
bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan
yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara
terus-menerus.
Ø Istirahat
Merupakan
hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Penderita
harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang
diikuti oleh masa istirahat.
Ø Latihan
Fisik dan Termoterapi
Latihan
spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua
kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai
latihan. Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang
sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
Ø Diet/ Gizi
Penderita
Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan
variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya.
Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
Ø Obat-obatan
Pemberian
obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit
reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan
dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Penanganan
medis dimulai dengan pemberian salisilat NSAID dalam dosis terapeutik. Kelompok
obat ini mengurangi peradangan dengan menghalangi proses produksi mediator
peradangan. Tepatnya, obat-obat ini menghambat sintetase prostaglandin atau
siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu
asam arakidonatmenjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan
radikal-radikal oksigen. Obat standar yang sudah dipakai sejak lama dalam
kelompok ini adalah aspirin dan piroksikam.
Aspirin (analgetik antipiretik) PO
(Dewasa) : 325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam sesuai kebutuhan (tidak lebih dari 4
g/hari). Aspirin (antiinflamasi) PO
(Dewasa) : 2,6 – 6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
Piroksikam PO (Dewasa) : 20 mg/hari dapat
diberikan sebagai dosis tunggal atau dalam 2 dosis terbagi dengan sediaan kapsul
: 10 mg, 20 mg supositoria : 10 mg,
20 mg.
Bagi
arthritis rheumatoid yang lanjut dan tidak pernah sembuh, obat-obat
imunosupresi diresepkan mengingat kemampuannya untuk mempengaruhi produksi
antibody pada tingkat seluler. Obat-obat ini mencakup preparat metotreksat
dosis tinggi, siklofosfamid dan azatioprin.
IX.
KLASIFIKASI
DATA
Ø Data
Subjektif
ü Klien
mengatakan kaki kanan dan kirinya sakit sehingga memerlukan bantuan pada saat
berjalan (tongkat)
ü Klien
mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas berat karena nyeri
ü Klien mengatakan
tidak mampu berjalan jauh
ü Klien
mengatakan kurang percaya diri dengan dirinya karena tidak dapat melaksanakan
tugas sebagaimana biasa
ü Klien
mengatakan tidak mengetahui sama sekali mengenai penyakitnya
ü Klien
mengatakan nyeri pada saat beraktivitas (mandi dan membersihkan diri)
Ø Data
Objektif
ü Klien
memijat-mijat kakinya pada saat pengkajian
ü Wajahnya
terlihat meringis
ü Skala nyeri
4 – 6 (sedang)
ü Klien
menggunakan alat bantu jalan (tongkat)
ü Klien
berjalan lambat
ü Klien lebih
banyak duduk
ü Klien jarang
beraktivitas di luar rumah
ü Klien kurang
dapat mengingat, informasi yang diberikan mengenai penyakit yang dideritanya
ü Klien jarang
membersihkan diri
X.
PRIORITAS
DATA
a. Nyeri b/d penurunan fungsi tulang, proses inflamasi
Data
Subjektif :
ü Klien
mengatakan kaki kanan dan kirinya sakit sehingga memerlukan bantuan pada saat
berjalan (tongkat)
ü Klien
mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas berat karena nyeri
Data
Objektif :
ü Klien
memijat-mijat kakinya pada saat pengkajian
ü Wajahnya
terlihat meringis
ü Skala nyeri
4 – 6 (sedang)
b. Kerusakan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal
Data
Subjektif :
ü Klien
mengatakan tidak mampu berjalan jauh
Data Objektif :
ü Klien
menggunakan alat bantu jalan (tongkat)
ü Klien
berjalan lambat
ü Klien lebih
banyak duduk
c. Gangguan
citra tubuh b/d perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum
Data Subjektif :
ü Klien
mengatakan kurang percaya diri dengan dirinya karena tidak dapat melaksanakan
tugas sebagaimana biasa
Data Objektif :
ü Klien jarang
beraktivitas di luar rumah
d. Kurang
pengetahuan b/d kurangnya daya mengingat dan kesalahan interpretasi informasi.
Data Subjektif :
ü Klien
mengatakan tidak mengetahui sama sekali mengenai penyakitnya
Data Objektif :
ü Klien kurang
dapat mengingat, informasi yang diberikan mengenai penyakit yang dideritanya
e. Kurang
perawatan diri b/d kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, nyeri pada
waktu bergerak.
Data Subjektif :
ü Klien
mengatakan nyeri pada saat beraktivitas (mandi dan membersihkan diri)
Data Objektif :
ü Klien jarang
membersihkan diri
XI.
ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH KEPERAWATAN
|
Data
Subjektif :
ü Klien
mengatakan kaki kanan dan kirinya sakit sehingga memerlukan bantuan pada saat
berjalan (tongkat)
ü Klien
mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas berat karena nyeri
Data
Objektif :
ü Klien
memijat-mijat kakinya pada saat pengkajian
ü Wajahnya
terlihat meringis
ü Skala
nyeri 4 – 6 (sedang)
|
Inflamasi
Merangsang
nosiseptor
Medulla
spinalis
Korteks
cerebri
Nyeri
dipersepsikan
|
NYERI
|
Data
Subjektif :
ü Klien mengatakan
tidak mampu berjalan jauh
Data
Objektif :
ü Klien
menggunakan alat bantu jalan (tongkat)
ü Klien
berjalan lambat
ü Klien
lebih banyak duduk
|
Pembentukan
panus
Penghancuran
kartilago & erosi tulang
Deformitas
tulang
|
KERUSAKAN MOBILITAS FISIK
|
Data Subjektif :
ü Klien
mengatakan kurang percaya diri dengan dirinya karena tidak dapat melaksanakan
tugas sebagaimana biasa
Data Objektif :
ü Klien
jarang beraktivitas di luar rumah
|
Deformitas
tulang
Penurunan
aktivitas
Perubahan
kemampuanuntuk melaksanakan tugas-tugas umum
|
GANGGUAN CITRA TUBUH
|
Data Subjektif :
ü Klien
mengatakan tidak mengetahui sama sekali mengenai penyakitnya
Data Objektif :
ü Klien
kurang dapat mengingat, informasi yang diberikan mengenai penyakit yang
dideritanya
|
Tindakan
pengobatan
Factor
usia
Kurangnya
daya mengingat
Kesalahan
interpretasi informasi
|
KURANG PENGETAHUAN
|
Data Subjektif :
ü Klien
mengatakan nyeri pada saat beraktivitas (mandi dan membersihkan diri)
Data Objektif :
ü Klien
jarang membersihkan diri
|
Kerusakan muskuluskeletal
Penurunan
kekuatan
Nyeri saat
bergerak
|
KURANG PERAWATAN DIRI
|
Posting Komentar untuk "Makalah Asuhan Keperawatan Reumatik"